Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Catatan Kemenkes soal Klaster Keluarga di Kota Bogor

Mengutip laman resmi Kemenkes, Kamis (8/10/2020), klaster rumah tangga menjadi faktor risiko dan menunjukkan kenaikan kasus paling tinggi.

Data hingga 4 Oktober 2020, jumlah kasus klaster keluarga mencapai 625 kasus atau sekitar 46 persen.

Sementara, di luar kota Bogor sebanyak 363 kasus (26,7 persen) dan non klaster 179 (13,2 persen).

Peningkatan ini teramati pula dengan banyaknya kasus positif pada anak dan lansia yang sebenarnya mereka cenderung berada di dalam rumah.

“Berdiam diri di rumah tidak memberikan kepastian tidak terkena COVID-19, sepanjang salah satu anggota masih keluar rumah atau menerima tamu dan tidak menerapkan protokol kesehatan. Maka, masih ada kemungkinan terkena (COVID-19) dan menyebar di keluarga,” kata Staf Khusus Menteri Bidang Hukum Kesehatan, Kuwat Sri Hudoyo.

Ia menyebutkan, klaster keluarga dikhawatirkan menjadi semakin besar.

Oleh karena itu, menurut dia, hal itu bisa diatasi dengan isolasi di fasilitas pemerintah jika protokol kesehatan di dalam rumah sulit diterapkan semua anggota keluarga.

Alasan lain, isolasi di fasilitas kesehatan pemerintah bisa dilakukan karena harus ada orang yang mengawasi selama masa isolasi.

Hal ini karena tidak semua keluarga paham mengenai Covid-19.

Kuwat mengatakan, ia telah mendatangi Kota Bogor didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno.

Kehadiran Kuwat dan Tim Task Force bertujuan melihat perkembangan penanganan kasus Covid-19.

Saat ini Bogor telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK).

Kasus di kota ini ,kasus mingguan per tanggal 28 September-4 Oktober 2020 adalah 179 kasus.

Angka ini meningkat 15 persen dari minggu sebelumnya yang berjumlah 155 kasus.

Sementara, jumlah pasien sembuh turun dari 70,1 persen menjadi 68,4 persen.

Demikian pula angka kematian yang menurun dari 3,8 persen menjadi 3,6 persen.

Penambahan kasus didominasi oleh pasien usia 20-49 tahun dengan persentase sebanyak 59,5 persen.

Untuk risiko tinggi lansia dan pra lansia serta lebih dari 50 tahun ke atas sebesar 27,5 persen.

Sementara itu, dari data per tanggal 4 Oktober 2020, kasus kematian paling tinggi berusia 50-59 tahun mencapai 31 persen.

Data kematian dengan komorbid yaitu jantung 37 persen, diabetes melitus 37 persen, hipertensi 32 persen, bronkopneumonia 11 persen, dan stroke 5 persen.

“Kami mempunyai target tes PCR 1000/minggu dengan prioritas kontak erat, pasien RS atau puskesmas, perkantoran, pertokoan, massal, tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan” jelas Kuwat.

Berikut sejumlah langkah yang diambil Pemerintah Kota Bogor untuk menurunkan kasus klaster keluarga:

  1. Mendorong pasien konfirmasi positif tanpa gejala/ gejala ringan untuk diisolasi di Pusat Isolasi Non Fasyankes dan saat ini sedang proses pengajuan hotel sebagai tempat isolasi dengan skema pembiayaan dari pusat (BNPB) dengan kapasitas 300 kamar
  2. Mengaktifkan tim pantau detektif COVID-19 di RW siaga untuk memantau pasien yang isolasi mandiri di rumah agar benar-benar disiplin dan tidak beraktivitas di luar rumah serta memantau perkembangan kondisi klinisnya setiap hari
  3. Bagi anggota keluarga yg bekerja di luar rumah atau luar kota diimbau sepulang kerja untuk segera membersihkan diri, mandi, dan mendesinfeksi barang yang dibawa (tas, hp) baru berinteraksi dengan anggota keluarga lain
  4. RW siaga mendata dan memantau anggota warganya yang bekerja di luar Kota Bogor
  5. RW siaga mendata warganya yang akan bepergian ke luar kota dan bagi warga yang baru saja pulang bepergian dari luar kota agar melapor ke RW siaga dan melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Klaster Keluarga

Sebelumnya, diberitakan Kompas.com, 9 September 2020, epidemiolog Griffth University Dicky Budiman mengatakan, salah satu klaster yang dapat dengan cepat menyebarkan Covid-19 adalah klaster keluarga.

Hal semacam ini, menurut dia, telah tampak sejak awal pandemi.

"Kontribusi klaster keluarga dari berbagai negara sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50 persen," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020) malam.

Contohnya, yang terjadi di China maupun Amerika Serikat, di mana klaster keluarga menyumbang 50 hingga 80 persen penyebaran virus.

Dicky mengungkapkan, kasus infeksi virus corona di lingkup keluarga berpeluang muncul karena adanya kontak sosial yang erat.

Faktor kedekatan cenderung membuat anggota keluarga mengabaikan protokol kesehatan.

"Itu yang menyebabkan menjadi sangat cepat dan mudah menular," kata dia.

Dicky mengimbau setiap orang untuk menerapkan protokol kesehatan dan mencegah penyebaran virus Covid-19.

Salah satu cara pencegahan termudah dapat dimulai dari diri sendiri. Di antaranya menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/08/183328565/catatan-kemenkes-soal-klaster-keluarga-di-kota-bogor

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke