Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Kesulitan dan Keluhan karena Pandemi, Bukan Kamu Saja yang Punya

Kompas.com - 05/10/2020, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu di bulan baru? Oktober sudah kita lalui bersama nyaris sepekan.

Selain hujan yang makin kerap turun seperti di tempat saya tinggal di pinggiran Jakarta, Oktober juga meningatkan kita bahwa tahun baru 2021 sudah menjelang.

Kesadaran tahun baru itu muncul di setiap Oktober karena perencanaan setahun ke depan rutin dilakukan. Para manajer, biasanya disibukkan dengan business plan minggu-minggu ini.

Ada sejumlah teman bertanya, apakah tidak sia-sia membuat perencanaan setahun ke depan di tengah situasi yang tidak pasti karena pandemi?

Sulit menjawabnya karena profesi futurolog sudah lama punah karena selalu salah. Tidak ada orang atau profesi yang bisa secara tepat menebak masa depan. 

Namun, meskipun tampak akan sia-sia karena ketidakpastian dan adanya peluang besar perubahan, membuat perencanaan tetap diperlukan.

Saya mengibaratkan seperti kapal di lautan dengan gelombang dan angin yang tidak pasti. Ketika kapal itu punya tujuan, gelombang dan angin yang menghantam bisa diajak bekerja sama untuk mewujudkan tujuan. 

Sebaliknya, jika kapal tidak punya tujuan, setiap ada gelombang dan angin yang menggerakkan yang tidak menentu arahnya, akan dianggap sebagai tujuan. Membahayakan bukan?

Kapal yang sama

Ngomong-ngomong soal kapal, minggu lalu saya punya kesempatan sekitar satu jam bercakap-cakap one on one dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat meninjau persiapan SMAN 4 Kota Sukabumi untuk pembelajaran tatap muka di Sekolah, Rabu (08/07/2020).Dok. Disdik Jabar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat meninjau persiapan SMAN 4 Kota Sukabumi untuk pembelajaran tatap muka di Sekolah, Rabu (08/07/2020).
Nadiem adalah satu-satunya menteri yang dipanggil Mas di kabinet Presiden Joko Widodo. Panggilan Mas disematkan karena usianya yang relatif muda. Lahir 4 Juli 1984 di Singapura, Nadiem saat ini berusia 36 tahun.

Soal kapal disebut Mas Menteri ketika saya tanya apa yang bisa dipetik dari situasi krisis dan sulit karena pandemi? 

Setelah menarik napas, Nadiem mengatakan, kita semua berada di kapal yang sama. Kesulitan bukan kita saja yang punya tetapi semua orang termasuk dirinya sebagai menteri, para CEO, pembantu rumah tangga, dan karyawan di bidang hospitality. 

Krisis ini krisis bersama. Kesulitan ini kesulitan bersama. Adaptasi yang dituntut karena kesulitan dan situasi krisis adalah adapatasi bersama-sama. 

Berikutnya, Nadiem mengatakan, dirinya tidak belajar banyak dari kesuksesan dan prestasi. Pembelajaran didapat justru ketika menghadapi kesulitan, tantangan, dan kegagalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com