Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vitamin B Disebut Bisa Kurangi Dampak Terburuk Covid-19, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 29/08/2020, 10:15 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Terlepas dari ketersediaan makanan kaya vitamin B, banyak orang Amerika mungkin kekurangan nutrisi ini, dan bahkan tidak menyadarinya.

Menurut entri blog dari Universitas Harvard, menggunakan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional, 3,2 persen orang dewasa AS di atas usia 50 tahun memiliki tingkat B12 yang sangat rendah, dan hingga 20 persen mungkin mengalami defisiensi vitamin B12."

Kekurangan strain tertentu, seperti vitamin B12, bisa berakibat serius, mengakibatkan jumlah sel darah merah sehat yang tidak mencukupi, yang digunakan untuk melawan infeksi.

Gejala kekurangan vitamin B mulai dari kelelahan, sesak napas dan pusing hingga mood yang tidak stabil, serta kelemahan otot dan gerakan anggota badan yang tidak stabil.

Baca juga: Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19, Apa Itu Badai Sitokin?

Penafsiran studi

Uma Naidoo, pakar nutrisi di Harvard Medical School dan direktur Psikiatri Gizi dan Gaya Hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mendesak agar berhati-hati saat menafsirkan hasil studi itu.

Dia tidak terburu-buru untuk mengatakan bahwa vitamin B dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, pihaknya setuju bahwa vitamin itu mungkin memiliki manfaat besar.

“Anda bisa menganggap sistem kekebalan sebagai tentara. Tugasnya adalah melindungi tubuh. Tetapi jika pasukan sistem kekebalan tidak diatur dengan baik, itu dapat bereaksi berlebihan dan sebenarnya menyebabkan lebih banyak kerusakan. Reaksi berlebihan inilah yang sering terjadi pada Covid-19 dan disebut sebagai badai sitokin,” kata Naidoo.

“Sitokin adalah molekul inflamasi (peradangan) yang dilepaskan oleh sel kekebalan. Mereka seperti senjata sistem kekebalan. Jadi jika sel kekebalan adalah tentara, sitokin adalah senapan dan granat. Dan dalam sistem kekebalan yang tidak diatur dengan baik, badai sitokin tubuh yang disebabkan oleh Covid-19 menyebabkan banyak peradangan di dalam tubuh, seperti jika granat kecil dilemparkan. Inilah yang menyebabkan hasil terburuk dan kematian pada Covid-19," imbuhnya.

Pengaruhnya

Naidoo, bersama dengan rekan penelitinya, Nicholas Norwitz, seorang kandidat PhD di Universitas Oxford, berpikir bahwa vitamin B mungkin berpengaruh.

“Ini mengikuti bahwa apa pun yang meningkatkan fungsi sistem kekebalan dan mengurangi kemungkinan orang yang terinfeksi akan mengalami badai sitokin yang dahsyat dapat meningkatkan hasil dari kasus Covid-19 dan menurunkan tingkat kematian secara keseluruhan,” kata Naidoo.

“Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa suplementasi vitamin B dapat berkontribusi untuk mencegah hasil Covid-19 terburuk,” ujarnya.

Meskipun kabar ini menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian tentang topik ini, dan orang-orang harus tetap berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum menambahkan suplemen ke dalam makanan mereka.

Namun hingga saat ini, Naidoo berharap penelitian ini menjadi pengingat betapa pentingnya memiliki pola makan yang seimbang.

“Semua orang Amerika harus fokus pada kesehatan metabolik mereka secara keseluruhan, untuk meningkatkan peluang mereka mengatasi virus dengan baik. Untuk tujuan ini, dasar-dasar nutrisi sehari-hari kita sangat penting,” jelasnya.

Baca juga: WHO Rekomendasikan Tes Covid-19 pada Orang Tanpa Gejala, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com