Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vitamin B Disebut Bisa Kurangi Dampak Terburuk Covid-19, Ini Penjelasannya

KOMPAS.com - Para dokter dan peneliti masih berusaha menemukan metode pengobatan yang tepat untuk memperlambat, atau menghentikan Covid-19.

Termasuk memperlambat dan menghentikan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap Covid-19, yang biasa disebut badai sitokin.

Badai sitokin termasuk salah satu penyebab utama kematian pada pasien positif Covid-19. Sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi, karena bereaksi berlebihan justru menjadi mematikan.

Pada awalnya, para ahli di dunia nutrisi merekomendasikan konsumsi vitamin C dan vitamin D, yang dapat memperkuat sistem kekebalan. Bila sistem kekebalan diperkuat, maka ada potensi untuk menghentikan badai sitokin sebelum dimulai.

Namun, melansir Yahoo Life, Sabtu (28/8/2020) dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal sains internasional Maturitas, para ilmuwan kini merekomendasikan vitamin jenis lain yang kerap disepelakan, yaitu vitamin B.

Manfaat vitamin B

Studi tersebut, yang merupakan kolaborasi bersama antara para peneliti di Universitas Oxford, Universitas Uni Emirat Arab dan Universitas Melbourne, mengemukakan analisis lebih lanjut tentang efek vitamin B pada pasien dengan Covid-19.

"Vitamin B ... memainkan peran penting dalam fungsi sel, metabolisme energi, dan fungsi kekebalan yang tepat," tulis studi itu.

"Vitamin B membantu aktivasi yang tepat dari respons imun bawaan dan adaptif, mengurangi tingkat sitokin pro-inflamasi, meningkatkan fungsi pernapasan, menjaga integritas endotel, mencegah hiperkoagulasi dan dapat mengurangi masa rawat inap di rumah sakit," tulis studi itu.

Meski penelitian itu sendiri tidak menganalisis efek vitamin B pada pasien Covid-19 secara langsung, tetapi studi itu mengatakan bukti yang ada tentang bagaimana vitamin B berfungsi menunjukkan bahwa itu akan sangat bermanfaat.

“Vitamin B tidak hanya membantu membangun dan memelihara sistem kekebalan yang sehat, tetapi juga berpotensi mencegah atau mengurangi gejala Covid-19 atau mengobati infeksi SARS-CoV-2,” tulis mereka.

“Status gizi yang buruk membuat orang lebih mudah terkena infeksi; oleh karena itu, diet seimbang diperlukan untuk kompetensi imun," tambahnya.

Secara keseluruhan, mereka menyimpulkan bahwa vitamin B harus dipertimbangkan pada pasien Covid-19 sebagai treatment tambahan.

Apa itu vitamin B?

Vitamin B kompleks, terdiri dari delapan jenis esensial yang berbeda, termasuk B-2 (riboflavin), B-6 dan B-12.

Vitamin ini memengaruhi banyak bagian tubuh, dan membantu fungsi penting seperti penglihatan, pertumbuhan sel darah merah, pencernaan yang baik, tingkat energi, kesehatan jantung, dan fungsi otak serta saraf.

Vitamin B dapat ditemukan dalam berbagai makanan termasuk daging merah, kacang-kacangan, susu, keju, brokoli, bayam, alpukat, dan nasi merah.

Terlepas dari ketersediaan makanan kaya vitamin B, banyak orang Amerika mungkin kekurangan nutrisi ini, dan bahkan tidak menyadarinya.

Menurut entri blog dari Universitas Harvard, menggunakan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional, 3,2 persen orang dewasa AS di atas usia 50 tahun memiliki tingkat B12 yang sangat rendah, dan hingga 20 persen mungkin mengalami defisiensi vitamin B12."

Kekurangan strain tertentu, seperti vitamin B12, bisa berakibat serius, mengakibatkan jumlah sel darah merah sehat yang tidak mencukupi, yang digunakan untuk melawan infeksi.

Gejala kekurangan vitamin B mulai dari kelelahan, sesak napas dan pusing hingga mood yang tidak stabil, serta kelemahan otot dan gerakan anggota badan yang tidak stabil.

Penafsiran studi

Uma Naidoo, pakar nutrisi di Harvard Medical School dan direktur Psikiatri Gizi dan Gaya Hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mendesak agar berhati-hati saat menafsirkan hasil studi itu.

Dia tidak terburu-buru untuk mengatakan bahwa vitamin B dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, pihaknya setuju bahwa vitamin itu mungkin memiliki manfaat besar.

“Anda bisa menganggap sistem kekebalan sebagai tentara. Tugasnya adalah melindungi tubuh. Tetapi jika pasukan sistem kekebalan tidak diatur dengan baik, itu dapat bereaksi berlebihan dan sebenarnya menyebabkan lebih banyak kerusakan. Reaksi berlebihan inilah yang sering terjadi pada Covid-19 dan disebut sebagai badai sitokin,” kata Naidoo.

“Sitokin adalah molekul inflamasi (peradangan) yang dilepaskan oleh sel kekebalan. Mereka seperti senjata sistem kekebalan. Jadi jika sel kekebalan adalah tentara, sitokin adalah senapan dan granat. Dan dalam sistem kekebalan yang tidak diatur dengan baik, badai sitokin tubuh yang disebabkan oleh Covid-19 menyebabkan banyak peradangan di dalam tubuh, seperti jika granat kecil dilemparkan. Inilah yang menyebabkan hasil terburuk dan kematian pada Covid-19," imbuhnya.

Pengaruhnya

Naidoo, bersama dengan rekan penelitinya, Nicholas Norwitz, seorang kandidat PhD di Universitas Oxford, berpikir bahwa vitamin B mungkin berpengaruh.

“Ini mengikuti bahwa apa pun yang meningkatkan fungsi sistem kekebalan dan mengurangi kemungkinan orang yang terinfeksi akan mengalami badai sitokin yang dahsyat dapat meningkatkan hasil dari kasus Covid-19 dan menurunkan tingkat kematian secara keseluruhan,” kata Naidoo.

“Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa suplementasi vitamin B dapat berkontribusi untuk mencegah hasil Covid-19 terburuk,” ujarnya.

Meskipun kabar ini menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian tentang topik ini, dan orang-orang harus tetap berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum menambahkan suplemen ke dalam makanan mereka.

Namun hingga saat ini, Naidoo berharap penelitian ini menjadi pengingat betapa pentingnya memiliki pola makan yang seimbang.

“Semua orang Amerika harus fokus pada kesehatan metabolik mereka secara keseluruhan, untuk meningkatkan peluang mereka mengatasi virus dengan baik. Untuk tujuan ini, dasar-dasar nutrisi sehari-hari kita sangat penting,” jelasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/29/101500165/vitamin-b-disebut-bisa-kurangi-dampak-terburuk-covid-19-ini-penjelasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke