Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Usahakan agar Distribusi Vaksin Corona Merata, Bagaimana Caranya?

Kompas.com - 11/08/2020, 06:27 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Apabila skenario seperti ini benar terjadi, maka negara-negara maju mendapatkan akses prioritas terkait akses terhadap vaksin corona.

Hal ini pun bisa membuat negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah berada dalam ambang ketidakpastian.

Hadirnya COVAX pun diharapkan dapat membantu memastikan distribusi vaksin yang adil.

Baca juga: Kasus Corona Meningkat, Bisakah Pembuatan Vaksin Dipercepat?

75 negara bergabung

Menurut laporan terbaru, sebanyak 75 negara telah menyatakan keinginannya bergabung dengan COVAX, dan mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk pengembangan vaksin corona.

Menurut perkiraan WHO, langkah seperti ini akan memastikan setidaknya 20 persen populasi mendapatkan vaksin corona sejak awal.

Di saat yang sama, COVAX juga dapat membantu negara-negara yang secara individu tidak mempunyai cukup sumber daya atau kekuatan finansial untuk menandatangani perjanjian terpisah dengan pembuat vaksin guna memastikan mendapatkan akses terhadap vaksin.

Bukan satu-satunya

WHO bukan satu-satunya badan kesehatan yang mengerjakan inisiatif semacam ini.

Bill Gates, yang sebelumnya menyoroti masalah pendistribusian yang tidak meraka, juga bekerja pada aliansi serupa.

Yayasan Bill and Melinda Gates, bekerja sama dengan GACI dan CEPI, untuk memastikan negara berkembang mendapat akses yang mudah terhadap vaksin.

Institut Serum India menjadi produsen vaksin terbaru yang menandatangani kesepakatan dengan yayasan tersebut.

Baca juga: Jangan Terlalu Ekspektasi Tinggi pada Vaksin Virus Corona, Kenapa?

Harga ekonomis

Menurut laporan, dukungan baru seperti ini akan memastikan pasokan minimal 100 juta dosis ke negara yang berisiko, dengan memenuhi syarat harga yang ekonomis.

Yayasan yang dikembangkan Bill Gates telah menjanjikan dana sebesar 150 juta dollar AS untuk mempercepat pembuatan vaksin.

Selain itu, yayasan tersebut juga berinvestasi pada beberapa kandidat vaksin yang berbeda, dengan tujuan memprioritaskan pengembangan vaksin.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com