Dilansir The Washington Post, Kamis (6/8/2020), menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pelacakan kontak dan rawat inap pasien yang sakit parah terus berlanjut.
Manajer umum Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri Beirut Firass Abiad mengatakan virus corona di Lebanon sedang meningkat dan akan lebih sulit untuk dikendalikan setelah apa yang terjadi.
“Toleransi orang terhadap penguncian minimal. Bantuan yang dijanjikan sangat dibutuhkan. Harapan kami terletak pada ketahanan komunitas, ketahanan yang terbukti dengan baik di masa lalu," katanya.
Baca juga: Ledakan di Beirut, Lebanon Disinyalir Berasal dari 2.750 Ton Amonium Nitrat, Apa Itu?
Pascaledakan, orang-orang saling menolong meski tidak saling mengenal.
Mereka juga mendirikan pusat triase dadakan di jalanan untuk memperbaiki luka orang-orang yang ditemui.
Tiga rumah sakit yang rusak parah akibat ledakan bergegas mengevakuasi dan memindahkan pasien.
Pusat kesehatan yang masih berfungsi dengan cepat terisi melebihi kapasitas. Dokter yang tersedia dan petugas darurat berdatangan ke area tersebut untuk membantu.
Baca juga: Fakta Ledakan Lebanon, dari Tewaskan 78 Orang hingga Disebut Mirip Bom Hiroshima
Palang Merah Lebanon mengeluarkan permohonan untuk donor darah. Orang mati harus langsung dibawa ke kamar mayat.
Pada Rabu (5/8/2020), Wali Kota Beirut memperkirakan seperempat juta orang telah mengungsi. Parlemen Libanon berjanji untuk menampung orang-orang di sekolah-sekolah kosong.
Banyak penduduk Beirut telah meninggalkan ibu kota yang hancur itu untuk tinggal bersama keluarga dan teman-teman di tempat lain di negara itu.
Baca juga: Selain Ledakan Lebanon, Ini 6 Ledakan Terbesar Sepanjang Sejarah
Di media sosial, orang-orang bertukar kabar terbaru tentang siapa yang memiliki ruang terbuka atau ruang untuk para pengungsi.
Akan tetapi perpecahan dan solidaritas itu disertai dengan risiko virus corona tambahan.
Pakar kesehatan masyarakat memperingatkan kerumunan dan kedekatan di rumah sakit dan di rumah adalah situasi di mana virus berkembang biak.
Pada saat Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Lebanon, Kamis (6/8/2020), orang-orang yang trauma, sedih, dan marah berkerumun di sekitarnya untuk melampiaskan rasa frustasi mereka.
Hal itu sangat disayangkan karena mereka tak menjaga jarak.
Baca juga: Ledakan di Lebanon Akibatkan 73 Orang Tewas, #Beirut dan #PrayforBeirut Trending di Twitter