Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebanon Catatkan Kasus Harian Tertinggi Covid-19 di Tengah Musibah Ledakan

Kompas.com - 07/08/2020, 09:28 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan 255 kasus baru virus corona pada Kamis (6/8/2020).

Angka itu menjadi rekor harian tertinggi di Lebanon, ketika rumah sakit sedang kewalahan dalam merawat korban ledakan di Pelabuhan Lebanon.

Mengutip Akhbaralaan, Jumat (7/8/2020), dengan tambahan 255 kasus itu, total angka kasus infeksi di Lebanon menjadi 5.672 kasus.

Dari angka itu, sebanyak 70 orang meninggal dunia. 

Pekan lalu, pihak berwenang mengumumkan penguncian sementara dalam dua tahap setelah terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

Lonjakan kasus itu terkait dengan kedatangan warga negara Lebanon yang dievakuasi dari luar negeri, seiring pembukaan bandara awal bulan ini.

Tahap kedua dari penguncian seharusnya dimulai pada Kamis (6/8/2020), tetapi dibatalkan karena adanya ledakan di Beirut yang menewaskan 137 orang dan melukai ribuan orang lainnya.

Baca juga: [POPULER TREN] Perjalanan Amonium Nitrat hingga Ada di Beirut, Lebanon

Khawatir RS tidak bisa menangani pasien

Seorang pria dengan balutan perban tampak berjalan di jalan setelah ledakan besar terjadi di Beirut, Lebanon. Rabu, 5 Agustus 2020.AP/Hassan Ammar Seorang pria dengan balutan perban tampak berjalan di jalan setelah ledakan besar terjadi di Beirut, Lebanon. Rabu, 5 Agustus 2020.
Pihak berwenang pun mulai khawatir rumah sakit tak sanggup menampung pasien jika angka kasus infeksi terus meningkat.

Kondisi itu diperburuk dengan banyaknya tenaga medis yang kelelahan akibat virus corona serta krisis ekonomi yang memberi tekanan pada rumah sakit.

Satu dari dua rumah sakit Beirut yang sebelumnya dikhususkan untuk menangani pasien Covid-19 tak lagi beroperasi setelah ledakan.

Rumah sakit itu kini menampung korban ledakan yang jumlahnya mencapai ribuan orang.

Sekitar 300.000 warga Lebanon kehilangan tempat tinggal akibat ledakan yang dirasakan hingga radius 10 kilometer itu.

Pemerintah masih menyelidiki penyebab utama ledakaan itu. Dugaan kuat sementara adalah kelalaian yang mengakibatkan 2.750 ton amonium nitrat meledak.

Bahan kimia itu disebut telah tersimpan di salah satu gudang pelabuhan selama enam tahun.

Baca juga: Solidaritas Ledakan Beirut, Gedung di Israel Tampilkan Cahaya Lampu Berbentuk Bendera Lebanon

Kapal kargo yang memuat amonium nitrat diketahui tiba di Lebanon pada September 2013 silam.

Rhosus, nama kapal itu berdasarkan informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, berlayar dari Georgia menuju Mozambik.

Karena mengalami masalah teknis di laut, para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar. Kapal itu pun akhirnya ditinggalkan oleh pemilik dan para awak.

Selama berbulan-bulan, Lebanon mengalami krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah dan sangat membebani kehidupan warga.

Nilai tukar mata uang Lebanon pun terjun bebas dan membuat hampir setengah dari populasinya berada di bawah garis kemiskinan.

Menurut data statistik, jumlah pengangguran negara yang berbatasan dengan Suriah itu meningkat hingga lebih dari 35 persen.

Banyak pengamat memandang krisis kali ini disebabkan oleh korupsi yang merajalela selama beberapa dekade dan akumulasi utang negara.

Baca juga: Ledakan di Lebanon, Bencana di Antara Pusaran Krisis Ekonomi dan Politik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com