KOMPAS.com - Sebuah ledakan besar terjadi di kawasan pelabuhan di Beirut, Lebanon, Selasa petang (4/8/2020).
Ledakan ini menewaskan lebih dari 70 orang dan lebih dari 4.000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Peristiwa tersebut pun ramai diperbincangkan di media sosial. Hingga Rabu (5/8/2020) siang, ada beberapa tagar yang membicarakan ledakan ini dan menjadi trending topic di Twitter, yaitu #PrayForLebanon, #prayforbeirut, Libanon, dan Amonium Nitrat.
Perdana Menteri Hassan Diab sendiri mengatakan, sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir sebagai penyebab dari ledakan ini.
Amonium nitrat memang memiliki potensi untuk menyebabkan ledakan. Zat ini juga pernah digunakan oleh sejumlah serangan teroris termasuk pengeboman Oklahoma City pada 1995 silam.
Jadi, apa sebenarnya kandungan yang adadalam amonium nitrat? Bagaimana zat ini dapat menyebabkan ledakan besar?
Baca juga: Ini Instruksi Presiden Lebanon Pasca Ledakan Hebat di Beirut
Melansir CNET, Rabu (5/8/2020), amonium nitrat merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur nitrogen dan biasanya digunakan di bidang pertanian sebagai pupuk.
Namun, zat ini juga merupakan senyawa eksplosif dan diketahui telah digunakan di berbagai belahan dunia pada sektor pertambangan dan konstruksi yang membutuhkan detonasi (peledakan).
Dalam kondisi yang normal, bahan kimia ini sangat stabil. Namun, ia dapat meledak setelah terpapar kontaminan atau bahan bakar minyak dan kemudian dipanaskan.
Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya serangkaian reaksi.
Ketika dipanaskan hingga di atas 170 derajat Fahrenheit atau 76 Celsius, amonium nitrat mulai mengalami dekomposisi.
Akan tetapi, dengan pemanasan atau detonasi yang cepat, dapat terjadi reaksi kimia yang mengubah amonium nitrat menjadi nitrogen dan gas oksigen serta uap air.
Baca juga: Amonium Nitrat dan Aksi Bom di Indonesia
Produk dari reaksi ini tidak berbahaya dan ditemukan di atmosfer. Namun, proses tersebut melepaskan energi dalam jumlah yang besar.
"Ide dalam membuat segala jenis bahan peledak pada dasarnya adalah untuk mengubah senyawa berenergi tinggi ke senyawa yang berenergi rendah," jelas profesor di University of Melbourne Ian Rae.
Untuk menciptakannya, dibutuhkan juga tekanan di ruangan terbatas.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.