Untuk tetap kritis, kita perlu memelihara sikap skeptis. Sebuah sikap tidak mudah percaya, meragu-ragu sebagai pijakan untuk mencari kebenaran.
Ini sebuah sikap yang dimiliki setiap jurnalis dalam upaya mencari dan menemukan kebenaran jurnalistik.
Pencarian kebenaran yang dipicu sikap skeptis itu bisa dilakukan dengan riset (dengan searching), oberservasi (datang ke lapangan) dan bertanya atau wawancara (pihak-pihak otoritatif dan kompeten) untuk konfirmasi.
Secara sederhana, sikap ini bisa kita terapkan untuk setiap informasi yang datang pada kita. Jika kita ragu dan tidak menemukan kebenarannya, cukup informasi itu berhenti di kita, jangan disebarluaskan.
Menurut saya, sikap dan tindakan ini penting untuk menghentikan meluas beredarnya ketidakbenaran.
Lamanya kita tidak melihat harapan dan terkenalnya orang yang mengatakan diembel-embeli gelar berbagai macam, jangan membuat kita terlenakan.
Kita tahu akan dapat mengatasi situasi pandemi ini, tetapi cara mengatasinya harus bisa dipertangungjawabkan agar tidak justru membahayakan atau mencelakakan.
Untuk mengurangi risiko membahayakan atau mencelakakan ini, cara paling mudah yang bisa kita lakukan adalah merujuk pada sumber-sumber informasi terpercaya dan tetap mengujinya.
Informasi terpercaya kerap muncul di media sosial juga, tetapi tidak selalu demikian adanya.
Mengasah kekritisan kita dangan sikap skeptis bisa jadi panduan kita tetap bermedia sosial tetapi dengan lebih bijaksana dan tidak mudah terlena.
Salam skeptis,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.