Agustus ini, kita masih dibuat tidak menentu karena Covid-19 yang kasusnya pertama kali kita jumpai pada 2 Maret 2020, lima bulan lalu.
Betul, sejumlah aktivitas ekonomi sudah mulai berjalan dan bahkan terlihat normal.
Namun, ancaman kesehatan tidak surut. Jumlah temuan kasus positif Covid-19 dari hari ke hari masih tinggi di atas seribu kasus setiap hari dan tampaknya belum memuncak.
Lamanya situasi tidak menentu ini menguji kesabaran. Banyaknya kabar buruk membuat sedikit kabar baik saja terasa melegakan. Di tengah situasi penuh ancaman akan kesehatan, adanya sedikit saja harapan kemudian dirayakan.
Namun, kita tetap perlu berhati-hati dan waspada dengan kabar baik atau harapan yang tidak berdasar. Rasa aman palsu yang ditimbulkan bisa mencelakakan.
Selama lima bulan kita menghadapi pandemi ini, rasa aman palsu pertama-tama dimunculkan karena penggunaan masker.
Penggunaan masker hanya salah satu upaya di samping upaya lain yaitu menjaga jarak atau menghindari kerumunan dan kerap mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir.
Kebanyakan dari kita sudah merasa aman jika beraktivitas mengenakan masker. Ini salah satu bentuk rasa aman palsu. Pakai masker saja tidak menyelesaikan masalah, apalagi pakainya salah.
Tidak disangkal, rasa aman palsu ini menggerakkan ekonomi juga setelah lesu di tiga bulan pertama sejak pandemi. Pergerakan ekonomi penting juga untuk kelangsungan hidup kita selain kesehatan tentu saja.
Penggunaan masker menjadi salah satu patokan bagi aktivitas ekonomi boleh dilakukan.
Di beberapa tempat, aktivitas ekonomi dilakukan tanpa mengenakan masker secara benar atau bahkan tanpa masker sama sekali. Pasar tradisional salah satu contohnya. Pelanggaran disiplin protokol kesehatan dibiarkan juga.
Padahal, penggunaan masker secara benar adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri karena kita mencegah droplet masuk langsung ke saluran pernafasan kita. Terhadap orang lain kita mencegah droplet kita keluar dan jadi sarana penyebaran virus kalau kita adalah orang tanpa gejala.
Terkait rasa aman palsu itu, minggu lalu ramai dipercakapkan soal klaim temuan obat Covid-19 seorang yang mengaku profesor oleh seorang musisi di kanal youtubenya.
Kombinasi lamanya kita tidak memiliki harapan dan keterkenalan musisi membuat publik mudah terkelabuhi untuk memegang rasa aman palsu itu.
Beruntung, semua pihak yang punya otoritas cepat merespons dan membuat penjelasan lebih meyakinkan untuk merontokkan rasa aman palsu atas klaim obat itu.
Betul, semua pihak di seluruh dunia sedang mencari obat dan menemukan vaksin untuk mengakhiri pandemi yang membuat situasi tidak nyaman.
Kita perlu dukung upaya-upaya baik dan bertangung jawab ini untuk kemanusiaan dan peradaban kita. Upaya-upaya untuk mengelabuhi dan memunculkan rasa aman palsu dengan klaim upaya-upaya baik mencari obat dan vaksin perlu tetap kita kritisi.