Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenestapaan ABK Indonesia di Kapal China: Tak Digaji, Disiksa, hingga Dilarung

Kompas.com - 13/07/2020, 13:36 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam berbagai pemberitaan, sering terdengar kabar soal anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di kapal asing, khususnya milik China, kerap mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Bukan hanya tidak menyenangkan, sering juga mereka mendapat perlakuan kerja yang tidak semestinya, bahkan beberapa di antaranya berakhir kematian dan jasadnya dibuang kelautan lepas.

Dari sekian kasus yang terjadi, berikut ini adalah 4 di antaranya:

1. Dianggap rendah dan gaji tak sesuai kontrak

Pengalaman ini datang dari Yuli Triyanto (26), asal Demak, Jawa Tengah, mantan ABK di kapal berbendera China pencari cumi-cumi yang bernama Shouzu.

Selama 2 tahun bekerja di sana, ia mengaku tidak ada uang hasil kerjanya yang tersisa lantaran gaji yang ia terima tidak sesuai dengan besaran yang tertera di kontrak.

Di kontrak, ia akan menerima gaji sebesar 300 dollar AS yang akan dikirimkan ke keluarganya dalam 3 bulan sekali.

Namun kenyataannya, gaji itu selalu dipotong sebesar 100 dollar AS dan disebut akan diberikan saat kontrak habis.

Bonus yang dijanjikan juga tidak ia terima. Padahal disebutkan, dari setiap 1 ton cumi-cumi yang berhasil ditangkap, para ABK akan mendapat bonus 80 dollar AS.

Namun, hingga kontrak berakhir, Yuli yang telah mengumpulkan 20 ton cumi-cumi tangkapan tidak menerima bonus apa pun.

Tidak hanya gaji yang dipotong, Yuli juga mengaku ABK yang berasal dari Indonesia menjadi ABK kelas rendahan karena bekerja tanpa mendapatkan arahan dari penyalur dan tidak memahami SOP yang ada.

Alhasil, kinerja mereka sering memancing emosi para pembuat kebijakan di kapal.

Baca juga: Kisah ABK Asal Demak di Kapal China, Dianggap Orang Rendahan dan Gaji Tak Sesuai Kontrak

2. Dilarung di perairan Somalia

Kasus lain menimpa ABK asal Indonesia berinisial H yang bekerja di kapal berbendera China bernama Luqing Yuan Yu 623.

Ia meninggal di atas kapal dan jasadnya dilarung di perairan Somalia. Kematian ini diduga akibat penyiksaan yang diterimanya selama bekerja di kapal.

Peristiwa ini terjadi pada pekan terakhir Januari 2020, tetapi kabar ini baru diterima Kementerian Luar Negeri pada Mei, atau sekitar 4 bulan setelahnya.

Dari informasi yang terkumpul, korban juga diketahui mengalami kelumpuhan pada kaki akibat sering menerima tendangan dan pukulan dari berbagai benda tumpul, bahkan disetrum.

Baca juga: Kronologi ABK Indonesia Dilarung di Perairan Somalia...

3. Tak tahan, ABK lompat dari kapal

Dua ABK WNI di kapal Lu Qian Yuan Yu 901 memilih menceburkan diri ke laut dan kabur dari kapal tempat mereka bekerja lantaran tidak tahan dengan kekerasan dan perlakuan tidak menyenangkan lainnya yang didapat selama di atas kapal.

Mereka adalah Andry Juniansyah dan Reynalfi yang berhasil diselamatkan nelayan Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, setelah terapung selama 7 jam di lautan.

Setelah kepolisian melakukan pengembangan kasus, ditangkaplah sejumlah tersangka yang berasal dari perusahaan penyalur yang memberangkatkan keduanya.

Semula, mereka dijanjikan akan bekerja di Korea Selatan sebagai buruh pabrik dengan gaji Rp 25 juta-Rp 50 juta per bulan. Namun, kenyataannya mereka dipekerjakan di kapal penangkap ikan asing dan tidak menerima gaji selama 4-7 bulan bekerja.

Baca juga: Loncat dari Kapal Ikan Asing, Dua ABK WNI Terapung-apung Selama 7 Jam

4. Tewas dianiaya mandor kapal, jasadnya disimpan di kotak pendingin

Kasus terakhir datang dari seorang WNI yang bekerja sebagai ABK di kapal China Lu Huang Yuan Yu 118, Hasan Afriandi. Hasan ditemukan tewas dan disimpan dalam kotak pendingin yang ada di kapal itu.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan mendengarkan keterangan para saksi, Hasan diketahui tewas akibat penganiayaan yang sering dilakukan oleh mandor kapal dengan menggunakan benda-benda tumpul, seperti besi dan kayu.

Tidak hanya Hasan yang mengalami kekerasan ini, ABK lainnya asal Indonesia pun mengalami nasib serupa.

Mereka menyebut tindakan ini sering terjadi hanya karena masalah sepele yang cenderung dibuat-buat oleh ABK asal China di kapal yang sama.

Baca juga: Kesaksian ABK di Kapal China, WNI yang Tewas karena Dianiaya Mandor dengan Besi dan Kayu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com