KOMPAS.com - Ilmuwan dan para ahli masih terus berusaha menemukan obat yang efektif bagi pasien Covid-19. Namun sejauh ini hasilnya belum signifikan.
Terbaru, pengujian obat Avigan yang dilakuan di Jepang disebut tidak mencapi hasil yang meyakinkan.
Fujita Health University, lembaga yang melakukan pengujian, menyebut bahwa tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dari pasien yang mengonsumsi Avigan begitu dinyatakan sakit, dengan pasien yang mengonsumsi Avigan setelah menjalani perawatan lebih dulu.
Melansir The Mainichi (10/7/2020) Avigan, dikenal juga sebagai favipiravir, adalah sebuah obat yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical Co., anak usaha dari Fujifilm Holdings Corp.
Obat ini awalnya digadang-gadang sebagai obat yang ampuh bagi pasien Covid-19. Namun, hasil studi yang dilakukan terhadap 89 pasien di Jepang menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
"Ada kecenderungan menurunkan demam atau membasmi virus pada mereka yang diberi obat itu, tetapi hasilnya tidak signifikan," kata Yohei Doi, seorang profesor di Fujita Health University, dalam sebuah konferensi pers online.
Dalam studi tersebut, 89 pasien yang terinfeksi dengan gejala ringan atau tanpa gejala di 47 fasilitas di seluruh Jepang mengambil bagian.
Namun, satu pasien memutuskan untuk menarik diri di tengah studi, sehingga 88 pasien yang tersisa dibagi menjadi dua kelompok.
Satu kelompok diberikan Avigan dari hari pertama penelitian dan yang lain mulai menerima Avigan pada hari keenam.
Para peneliti kemudian membandingkan kedua kelompok tersebut, kriteria yang dilihat antara lain lama waktu virus corona menghilang dari tubuh mereka serta periode waktu yang dibutuhkan untuk meredakan demam.
Baca juga: Jokowi Pesan Obat Virus Corona, Ini Profil Fujifilm Toyama Produsen Avigan
Di antara mereka yang menggunakan Avigan sejak hari pertama, 66,7 persen melihat virus itu hilang pada pagi hari keenam, sementara 56,1 persen dari mereka dengan dosis tertunda menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang sama pada pagi yang sama.
Butuh rata-rata 2,1 hari untuk kelompok pertama mengalami penurunan demam, sedangkan pada kelompok kedua butuh 3,2 hari.
Karena Avigan dapat menghambat replikasi virus dalam sel, para ahli mengatakan itu dapat membawa perbaikan pada pasien tetapi tidak dapat diberikan kepada ibu hamil atau wanita yang kemungkinan akan hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir.
Hasil studi Fujita Health University membuat Avigan masuk ke dalam daftar obat yang gagal memberi manfaat signifikan bagi pasien Covid-19.
Sebelumnya, obat malaria hydroxychloroquine, dan obat HIV lopinavir/ritonavir telah terlebih dulu masuk dalam daftar ini.
Melansir Reuters, (5/7/2020) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Sabtu, (4/7/2020) bahwa mereka menghentikan percobaan obat malaria hydroxychloroquine dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir.
Percobaan pada pasien rawat inap karena Covid-19 ini dihentikan setelah obat-obat tersebut gagal mengurangi tingkat kematian pada pasien.
“Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada dampak pada pengurangan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan perawatan standar,” kata WHO.
Baca juga: WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin dan Obat HIV pada Pasien Covid-19