Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin, di Indonesia Masih Digunakan Terbatas

Kompas.com - 05/07/2020, 14:33 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia belum menarik penggunaan secara terbatas obat hidroksiklorokuin atau hydroxychloroquine sebagai obat yang digunakan pada pasien dengan Covid-19.

Melansir situs resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang telah dikonfirmasi Kompas.com, obat hidroksiklorokuin dan klorokuin masih menjadi pilihan pengobatan secara terbatas.

Meskipun penggunaan dua obat tersebut pada keadaan darurat Covid-19 di Amerika Serikat dan Inggris telah dihentikan berdasarkan penelitian yang tengah berlangsung.

Lebih lanjut, pemakaian obat ini sejalan dengan persetujuan penggunaan terbatas saat darurat dari BPOM, di mana obat diutamakan pada pasien dewasa dan remaja yang memiliki berat 50 kg atau lebih dan dirawat di rumah sakit.

Berikut pernyataan BPOM:

"Berita terkait dihentikannya penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin pada keadaan darurat COVID-19 di Amerika Serikat dan di Inggris masih didasarkan pada penelitian yang sedang berlangsung. Namun, di negara lain termasuk Indonesia obat ini masih merupakan salah satu pilihan pengobatan yang digunakan secara terbatas pada pasien COVID-19. Hal ini sejalan dengan persetujuan penggunaan terbatas saat darurat dari Badan POM yang dikeluarkan pada bulan April 2020, di mana diutamakan pada pasien dewasa dan remaja yang memiliki berat 50 kg atau lebih yang dirawat di rumah sakit."

Baca juga: Studi Baru: Klorokuin dan Hidroksiklorokuin Tak Menunjukkan Manfaat untuk Pasien Covid

Dijelaskan, penelitian observasional penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin pada pasien Covid-19 yang berlangsung di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa obat tidak meningkatkan risiko kematian dibandingkan pengobatan standar pada Covid-19.

Meskipun menimbulkan efek samping pada jantung berupa peningkatan interval QT pada rekaman jantung, tetapi tidak menimbulkan kematian mendadak.

Efek samping ini sangat sedikit karena sudah diketahui sehingga bisa diantisipasi sebelumnya.

Selain itu, disebutkan bahwa penggunaan obat dapat mempersingkat lama rawat inap di rumah sakit pada pasien Covid-19.

Kendati begitu, ditegaskan bahwa penggunaan kedua obat harus tetap merujuk pada informasi kehati-hatian tentang adanya risiko gangguan jantung pada penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin.

Hal itu sebagaimana tercantum pada Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia yang diterbitkan BPOM dan Protokol Tatalaksana Covid-19 yang diterbitkan bulan April 2020 yang diterbitkan lima asosiasi profesi (PDPI, PAPDI, PERKI, IDAI, dan PERDATIN).

BPOM mengklaim terus memantau dan menindaklanjuti isu yang ada.

Baca juga: WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin dan Obat HIV pada Pasien Covid-19

Pada 29 Juni 2020 lalu, BPOM mengingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan obat, termasuk hidroksiklorokuin tanpa resep dokter untuk mengobati infeksi virus corona.

Sebab obat ini tergolong obat keras, sehingga memerlukan pengawasan dokter dalam proses konsumsinya.

"Kami mengimbau pada masyarakat untuk tidak menggunakan atau mendapatkan baik hydroxyhloroquine, chloroquine maupun dexamethasone secara bebas. Harus dengan resep dokter dan dibawah pengawasan dokter," kata Direktur Registrasi Obat BPOM Rizka Andalucia.

Pembelian obat ini pun harus dilakukan di toko distribusi farmasi yang legal.

Melansir CNA, pada 4 Juli 2020, WHO telah menghentikan uji coba obat hidroksiklorokuin dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Penghentian ini dilakukan setelah kombinasi obat-obat tersebut dinilai gagal mengurangi kematian pasien Covid-19. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com