Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pengujian Virus Corona, Mana Tes yang Lebih Akurat?

Kompas.com - 11/07/2020, 17:33 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjdi di dunia telah membuat para ilmuwan berlomba menemukan obat yang paling efektif untuk pengobatan penyakit Covid-19.

Sementara itu, pelacakan kasus infeksi virus SARS-CoV-2 sejauh ini dapat dilakukan dengan melakukan tes.

Melansir healthline, terdapat pemberitaan yang menyenangkan dan tidak begitu menggembirakan mengenai pengujian Covid-19.

Tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis infeksi virus corona jenis baru, hampir 100 persen efektif jika dilakukan dengan benar.

Namun, hal yang sama tidak dapat dikatakan dari hasil tes untuk menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi penyakit dan telah mengembangkan antibodi.

Baca juga: Indonesia Disebut Masuk Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Akan Berakhir?

Para ahli menyampaikan bahwa pengujian diagnostik menjadi salah satu alat kesehatan masyarakat yang paling kuat untuk memerangi penyebaran virus corona.

Tes akan mengidentifikasi orang yang mungkin memerlukan perawatan. Hasil juga melacak mereka yang telah melakukan kontak dengan orang lain untuk membantu mencegah penularan penyakit lebih lanjut.

Ini dapat membantu ahli epidemiologi menentukan seberapa luas virus telah menyebar.

"Pengujian membuat musuh terlihat," kata Dr Emily Volk, asisten profesor patologi di University of Texas-Health di San Antonio dan presiden terpilih dari College of American Pathologists (CAP).

Terdapat dua jenis tes dasar untuk virus corona SARS-CoV-2, yaitu mendiagnosis infeksi dan tes antibodi.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Dua tes yang mendiagnosis infeksi

Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19Shutterstock Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19

Tes diagnostik digunakan untuk mendeteksi infeksi aktif, di mana ini dapat dilakukan jika merasa telah terpapar coronavirus atau menunjukkan gejala Covid-19.

Saat ini ada dua jenis tes diagnostik yang tersedia, yakni uji reaksi rantai polimerase molekul (RT-PCR) real-time yang mendeteksi bahan genetik virus dan tes antigen mendeteksi protein spesifik pada permukaan virus.

Disebutkan, tes lebih banyak menggunakan tes nasofaring RT-PCR, dengan mayoritas dilakukan dengan menempelkan swab ke dalam hidung untuk mengumpulkan sampel virus yang akan diuji.

Baca juga: Ibu Hamil Tak Mampu Bayar Swab, Benarkah Tes untuk Bumil Berbayar?

Namun, beberapa tes RT-PCR yang disetujui baru-baru ini berusaha untuk menghindari ketidaknyamanan yang terkait dengan tes usap nasofaring.

Itu dilakukan dengan memungkinkan sampel dikumpulkan melalui usap hidung yang dangkal atau dengan menguji air liur untuk mengetahui keberadaan virus.

Volk berujar, jika dilakukan dengan benar, tes swab RT-PCR akan cukup mendekati 100 persen akurat.

"Kita harus mendiagnosis orang dengan tes PCR karena ini yang paling akurat," ujar Dr. Christina Wojewoda, ahli patologi di University of Vermont dan wakil ketua komite mikrobiologi CAP.

Baca juga: Jadi Syarat Saat Bepergian di Era New Normal, Apa Itu PCR dan Mengapa Mahal?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com