Bahkan toilet bersama juga diketahui merupakan salah satu tempat yang tinggi konsentrasi virusnya.
Protokol kesehatan yang tidak diikuti, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, bisa menambah besar potensi penularannya.
"Jadi saran saya, untuk sekolah dari TK sampai universitas termasuk boardings school dan ponpes tetap belajar daring dulu. Setidaknya sampai Oktober ini. Nanti kita evaluasi kembali," ujarnya.
Baca juga: Pakar: Covid-19 Dapat Menyebabkan Sindrom Kelelahan Jangka Panjang
Sedangkan untuk diklat atau pelatihan seperti Secapa, bila memang tidak ada pilihan lain selain harus tatap muka, maka yang harus dilakukan adalah melakukan seluruh kegiatan secara outdoor.
Dicky menambahkan, minimalkan kegiatan indoor, kecuali dalam jumlah orang yang terbatas. misalnya per orang diberi ruang 4 meter persegi.
Sehingga dalam ruangan seluas 20 meter persegi, hanya ada maksimal 5 orang saja. Ruangan tersebut juga tetap harus disertai ventilasi dan sirkulasi udara yang baik agar terjadi pertukaran udara di dalam dan luar ruangan.
Saat disinggung terkait penerapan protokol kesehatan di pondok pesantren, menurutnya sulit, salah satunya lantaran jumlah santri pada umumnya banyak.
Selain itu kondisi sekolah atau ponpes tidak bisa lepas dari situasi kondisi penyakit Covid-19 di masyarakat.
"Artinya jika di masyarakat cakupan tes masih rendah atau masih banyak orang yang terinfeksi belum terdeteksi, maka sekolah dan ponpes tidak akan aman," kata Dicky.
Baca juga: Ibu Hamil Tak Mampu Bayar Swab, Benarkah Tes untuk Bumil Berbayar?
Lanjutnya, sekolah atau ponpes bisa dibuka jika Indonesia sudah memiliki cakupan tes yang ideal di tiap wilayah, yaitu di kisaran 1 persen dari total populasinya dengan positive rate di kisaran 3 sampai 5 persen
"Sekali lagi testing ini amat sangat penting, karena jadi merembet kemana-mana akibat kita tidak mendeteksi orang-orang pembawa virus," kata dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo.
Menurutnya pondok pesantren atau sejenisnya berisiko tinggi menjadi klaster baru penularan virus corona.
Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021
Dirinya menyayangkan pondok pesantren dan sekolah asrama sudah mulai menerima peserta didik, padahal sekolah biasa masih belum dibuka.