Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin dan Obat HIV pada Pasien Covid-19

Kompas.com - 05/07/2020, 12:03 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan uji coba obat malaria hidroksiklorokuin dan kombinasi obat HIV, lopinavir/ritonavir pada pasien dengan Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Hal itu setelah kombinasi obat-obat tersebut gagal mengurangi kematian. WHO mengungkapkan hal tersebut pada Sabtu (4/7/2020).

Pernyataan tersebut diungkapkan saat WHO juga melaporkan lebih dari 200.000 kasus baru penyakit yang disebabkan oleh virus corona secara global untuk pertama kalinya dalam satu hari.

Amerika Serikat menyumbang 53.213 dari total 212.326 kasus baru yang dicatat pada Jumat (3/7/2020).

"Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hidroksiklorokuin dan lopinavir/ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada pengurangan dalam kematian pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan standar perawatan," kata WHO seperti dilansir dari CNA, (5/7/2020).

WHO menyampaikan, keputusan diambil atas rekomendasi komite pengarah internasional uji coba, dan tidak mempengaruhi studi lain di mana obat tersebut digunakan untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit atau sebagai profilaksis.

Di sisi lain, uji coba lainnya yang dipimpin WHO melihat dampak potensial dari remdesivir obat antivirus Gilead pada Covid-19.

Baca juga: Saat WHO Lanjutkan Uji Coba Hidroksiklorokuin untuk Covid-19...

Remdesivir

Sementara itu, otoritas Eropa pada Jumat (3/7/2020) memberikan persetujuan bersyarat remdesivir untuk digunakan setelah terbukti mempersingkat waktu pemulihan pasien di rumah sakit.

Sebelumnya, uji coba relawan dilakukan dengan lima cabang pendekatan untuk melihat kemungkinan obat bagi pasien Covid-19.

Lima pendekatan itu seperti perawatan standar, remdesivir, hidroksi klorokuin, lopinavir/ritonavir, dan lopanivir/ritonavir dikombinasikan dengan interferon.

Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memaparkan, sejauh ini hampir 5.500 pasien di 39 negara telah direkrut dalam uji klinis dan bahwa hasil sementara diharapkan dalam waktu dua minggu.

Setidaknya sebanyak 18 vaksin Covid-19 eksperimental sedang diuji pada manusia di antara hampir 150 perawatan yang sedang dikembangkan.

Pakar kedaruratan utama WHO, Mike Ryan berujar bahwa tidak bijaksana untuk memprediksi waktu siapnya sebuah vaksin.

Sedangkan, satu kandidat vaksin mungkin menunjukkan keefektifannya pada akhir tahun, namun belum diketahui seberapa cepat vaksin akan diproduksi secara massal.

Baca juga: FDA Keluarkan Izin Terbatas Penggunaan Klorokuin untuk Pengobatan Covid-19 di AS

Hidroksiklorokuin

Seperti diberitakan Kompas.com, (9/6/2020), WHO mengumumkan untuk melanjutkan uji coba klinis dari obat hidroksiklorokuin atau hydroxychloroquine dalam pencarian pengobatan potensial terhadap Covid-19.

Pada 25 Mei 2020, WHO sempat menyampaikan menunda uji coba sementara waktu untuk melakukan tinjauan keselamatan terhadap obat tersebut.

Sementara itu, Food and Drug Administration (FDA) atau BPOM AS memperbolehkan penggunaan darurat secara terbatas dua obat anti malaria, hidroksiklorokuin dan klorokuin.

Namun, pada 16 Juni 2020, FDA AS menarik penggunaan darurat hidroksiklorokuin sebagai pengobatan untuk corona virus, lantaran obat tak menghasilkan efek antivirus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com