Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reog Ponorogo, Nyaris "Tamat" pada 1965 hingga Diklaim Negara Lain

Kompas.com - 05/07/2020, 08:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kota Ponorogo identik dengan salah satu kesenian khasnya, yaitu reog. Ponorogo dan reog bahkan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Nama reog telah merasuki nyaris seluruh sendi keseharian hidup segenap masyarakat Kota Ponorogo.

Kesan itu muncul karena lambang-lambang reog selalu siap menyambut setiap pendatang dari arah Madiun sebelum memasuki Kota Ponorogo.

Sendratari reog bisa dikenali dari irama musik pengiringnya yang membangkitkan semangat dan kata-kata liriknya yang berbunyi "hooke".

Satu grup reog biasanya terdiri dari seorang warok tua, sejumlah warok muda, penari jathilan, penari Bujangganong, dan Prabu Klono Sewandono.

Menyusul kemudian sebuah karangan berbentuk kepala macan yang mengaum karena "diinjak" seekor burung merak yang sedang mengembangkan sayapnya.

Inilah yang disebut dhadhak merak, sebuah barongan khas reyog Ponorogo yang beratnya mencapai lebih 40 kg.

Baca juga: Saat Reog Ponorogo Pukau Para Siswa dan Guru di Australia..

Asal-usul reog Ponorogo

Melansir Harian Kompas, 13 Januari 1972, ada banyak versi mengenai asal-usul kesenian reog Ponorogo. Salah satunya bermula dari kisah Kelana Sewandana, raja di Banter Angin (sekarang Ponorogo) yang ingin mempersunting Putri Kediri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit.

Orang yang mendapat tugas untuk meminang putri Kediri itu adalah Bujangganong yang berasal dari Kediri.

Agar tak dikenali orang Kediri, ia memakai topeng dengan bentuk rupa yang sangat burung.

Singkat cerita, lamaran itu diterima dengan satu syarat yaitu Kelana Sewanadana harus mengalahkan Singa Barong yang ada di Alas Roban.

Syarat itu disanggupi dan sebuah pasukan kuda dikirim ke hutan untuk mencari Singa Barong.

Namun, pasukan-pasukan telah dikalahkan, sehingga memaksa Kelana untun turun tangan secara langsung.

Ketika merasa tertekan, Kelana membanting sumpingnya (perhiasan di atas telinga) ke tanah dan berubah menjadi dua burung merak.

Keindahan burung itu membuat Singa Barong terlena.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com