Ia menekankan, feminisme bertujuan untuk membuat relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki lebih seimbang.
Menurut Ajeng, sebetulnya laki-laki juga tidak selalu diuntungkan oleh adanya ketimpangan relasi kuasa.
"Misalnya, laki-laki (yang dilayani) dikonstruksikan menjadi pencari nafkah utama. Ketika penghasilan seorang laki-laki tidak sebesar istrinya, ia seringkali kurang dihargai orang di sekitarnya, dan ia pun dapat menjadi rendah diri," ujar dia.
"Feminisme memberikan pemberdayaan bagi perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga: supaya ia tidak melihat dirinya rendah sebagai ibu rumah tangga. Supaya ia mengetahui bahwa ia berhak melawan ketika dia tidak dihargai/ mengalami kekerasan; supaya ia mengajarkan ke anak-anaknya bahwa keluarga itu berlandaskan kerja sama. Anak perempuan tidak harus menjadi ibu rumah tangga, anak laki-laki boleh menjadi bapak rumah tangga," lanjut Ajeng.
Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama dalam sebuah rumah tangga. Memasak bukan hanya kegiatan perempuan, mengecat rumah bukan hanya kegiatan laki-laki.
"Jika mau, perempuan dapat menjadi seperti Jacinda Ardern, PM New Zealand, yang hamil dan melahirkan sembari mengatur sebuah negara. Ia juga boleh menjadi ibu rumah tangga yang mendidik anak laki-laki dan perempuannya untuk mencapai cita-cita mereka," kata Ajeng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.