Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pilihan Selama di Rumah Saja, Ini Tips Bercocok Tanam di Lahan Terbatas

Kompas.com - 14/06/2020, 20:17 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama masa pandemi virus corona di Indonesia, masyarakat diminta untuk di rumah saja, kecuali keluar rumah untuk hal-hal penting.

Selama di rumah saja, banyak yang mencoba hobi-hobi baru. Di media sosial, berbagai cerita soal aktivitas di rumah saja pun dibagikan.

Salah satunya bercocok tanam. Tak sedikit yang menjadi kreatif dalam bercocok tanam, terutama yang memiliki lahan terbatas.  

Ketua Program Studi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Hadi Susilo Arifin mengatakan, keterbatasan lahan bukan menjadi alasan untuk tidak bercocok tanam.

Menurut dia, ada beberapa teknologi yang bisa dimanfaatkan tanpa membutuhkan lahan luas.

"Karena ada teknologi-teknologi, misalnya vertical garden atau yang biasa dikenal dengan vertikultur, menanam dengan memanfaatkan ruang ke atas," kata Hadi kepada Kompas.com, Minggu (14/6/2020).

"Ada juga teknologi hanging garden, balcony garden, window garden, dan green roof garden," lanjut dia.

Baca juga: Bercocok Tanam ala Warga Kampung Akuarium di Selter

Metode lain yang lagi populer saat ini adalah metode hidroponik, yaitu bercocok tanam menggunakan media air, bukan tanah.

Menurut Hadi, metode-metode tersebut cocok untuk masyarakat perkotaan, bahkan untuk rumah susun dan apartemen.

Hadi mengatakan, masyarakat yang memiliki lahan sempit bisa menggunakan media seperti poly bag dan pot yang memungkinkan untuk melakukan rekayasa tanah.

"Artinya, tanahnya bisa direkayasa menggunakan campuran pasir, arang sekam, serabut kelapa, dan kompos. Petani-petani modern jarang menggunakan 100 persen tanah, mungkin cuma 20 persen," jelas dia.

Jenis tanaman

Ilustrasi bercocok tanam, berkebunShutterstock Ilustrasi bercocok tanam, berkebun
Untuk jenis tanaman, ia menyarankan sayuran daun semusim seperti bayam, kangkung, selada, yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 minggu.

Selain itu, bertanam dengan metode tersebut juga dapat menghemat air karena akarnya terbatas.

Jika kekurangan air, bisa memanfaatkan limbah rumah tangga.

"Triknya, bagi orang kota bisa memanfaatkan limbah kamar mandi, dari tempat cuci piring, cuci beras yang kita sebut grey water. Itu bisa ditampung kemudian dialirkan," kata Hadi.

Bisa pula memanfaatkan air AC yang selama ini dibiarkan menetes begitu saja.

Berdasarkan pengalamannya, AC yang dinyalakan selama 8 jam dapat menghasilkan air sekitar 15-20 liter.

"Selama ini kan banyak orang pake AC airnya netes ke mana-mana, kenapa enggak ditampung. Lima belas liter itu cukup banyak untuk menyiram, bisa 40 pot," kata dia.

"Mestinya berpikir ke ramah lingkungan, jadi tidak dibuang karena air sumber kehidupan," lanjut Hadi.

Demi efisiensi, Hadi mengimbau masyarakat tak perlu menyiram seluruh bagian tanaman, tetapi cukup di bagian akar.

Pasalnya, menyiram daun juga berpotensi membuatnya terbakar ketika terkena panas matahari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com