Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Infeksi Virus Corona Masih Tinggi, Berikut Saran Peneliti Hadapi New Normal

Kompas.com - 14/06/2020, 19:52 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah kurang lebih 3 bulan Indonesia berperang melawan virus corona penyebab Covid-19, kini baik pemerintah maupun masyarakat terlihat mulai mengendurkan proteksinya terhadap infeksi virus tersebut. 

Pada Minggu (14/6/2020) total kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 38.277 kasus. Meski demikian, pemerintah mulai mengimbau masyarakat untuk berdamai dengan virus melalui diberlakukannya era kenormalan baru atau new normal

Sementara banyak masyarakat yang sudah mulai kembali beraktivitas normal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun jumlah kasus infeksi masih tinggi.

Perlahan tapi pasti, semua memang diminta untuk terbiasa dan menerima kondisi hidup berdampingan dengan virus corona baru ini.

Peneliti dari Pemda DIY Joko Hariyono melalui penelitian yang dilakukannya, menyebut masyarakat tetap bisa memenangkan pertandingan melawan virus corona meskipun memasuki era kenormalan baru dan hidup berdampingan dengan virus.

Baca juga: Virus Corona di Indonesia Pekan Ini: Lonjakan Kasus Baru hingga Temuan Kombinasi Obat

Kenali musuhmu 

Dalam menjalani sebuah pertandingan, untuk bisa menang kita harus mengetahui siapa yang sedang kita hadapi, seperti apa karakteristiknya, dan apa saja kelemahannya.

Kali ini, musuh yang kita hadapi bersama adalah virus.

"Jika setiap warga masyarakat mengenali karakteristik penyebaran virus corona dan menerapkan protokol kesehatan, maka kita bisa memenangkan peperangan melawan pandemi ini," kata Joko mengutip pernyataan yang disampaikan salah satu tim ahli di Gugus Tugas.

Jika semua masyarakat paham dan disiplin menjalani aktivitas sehari-hari dengan mengacu protokol kesehatan, maka terhindar dari virus adalah hal yang sangat mungkin terjadi, meskipun tidak menutup potenai untuk tetap tertular.

Baca juga: Disoroti, Studi Harvard yang Sebut Kemungkinan Virus Corona Ada di Wuhan pada Agustus 2019

Protokol kesehatan tidak akan 100 persen berhasil

Hal kedua yang perlu dilakukan adalah pemerintah selaku regulator memiliki kesadaran bahwa masyarakat tidak akan 100 persen menjalani imbauan di saat kenormalan baru dengan taat dan disiplin.

Sehingga mengandalkan era kenormalan baru untuk tetap produktif dan sepenuhnya terbebas dari Covid-19 tidak bisa diharapkan.

"Ia (protokol kesehatan) hanya meminimalisir persentase penularan agar mendekati 0 persen. Itu bisa 1 persen, 5 persen, bahkan 40 persen. Sangat tergantung konteks siapa, apa, di mana,
kapan, mengapa, dan bagaimana terkait aktivitas masing-masing individu," papar Joko.

Baca juga: Tanya Jawab Protokol Kesehatan KA Reguler di Era New Normal

Orang tanpa gejala

Hal selanjutnya yang harus diwaspadai sebagai "musuh" dalam perang ini adalah virus yang ada dalam tubuh seseorang, namun tidak menimbulkan gejala apapun. Penderita biasa disebut sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG).

Sebagian besar OTG ini merupakan orang-orang di usia produktif, memiliki kondisi tubuh yang prima, dan memiliki aktivitas tinggi, termasuk dalam berinteraksi dengan orang lain.

"Virus corona menjadikan anak-anak muda sebagai kendaraan untuk bergerak, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, hinggap dan berpindah-pindah lokasi menyebar ke berbagai wilayah," ujar Joko.

Untuk menghadapi OTG, sekadar imbauan tidak akan cukup. Diperlukan pelacakan secara agresif agar virus yang ada pada mereka bisa diatasi sebelum diam-diam menginfeksi lebih banyak orang.

Jika sebelumnya keberadaan OTG masih belum terdata dan tertangani secara baik, maka di masa kenormalan baru masalah ini disebut Joko bukan tidak mungkin menjadi alasan kurva infeksi semakin menanjak.

Indonesia pun mungkin bisa menjadi salah satu episentrum penularan Covid-19 terbesar di Asia Tenggara. 

Baca juga: Korea Utara Bangun Rumah Sakit Secepat Kilat, Diduga untuk Pasien Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com