Menurutnya, hal itu mungkin bisa membantu menjelaskan tingkat kematian di Asia lebih rendah, tetapi tak bisa dijadikan satu-satunya alasan.
Tatsuhiko Kodama dari Tokyo University menjelaskan studi awal yang menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh orang Jepang cenderung bereaksi terhadap virus corona, seolah-olah mereka memiliki paparan sebelumnya.
"Teka-teki angka kematian lebih rendah di Asia Timur dapat dijelaskan dengan adanya kekebalan," kata dia.
Studi lain menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi Bacille Calmette-Guerin (BCG) mungkin memainkan peran penting. Sebab, suntikan anti-tuberkulosis berpotensi terhadap respons peningkatan kekebalan pada tingkat sel.
"Hipotesis kami adalah BCG akan menjadi pelindung," kata Tsuyoshi Miyakawa dari Fujita Health University.
Namun, Jepang memiliki catatan vaksinasi BCG yang serupa dengan Perancis, meski dengan jenis vaksin yang berbeda.
Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...
Faktor lain yang dimiliki oleh banyak negara Asia adalah tingkat obesitas jauh lebih rendah dari pada Barat.
Obesitas adalah faktor risiko utama untuk penyakit serius Covid-19. Lebih dari 4 persen orang Jepang digolongkan obesitas, dan kurang dari 5 persen orang Korea Selatan.
Itu sebanding dengan 20 persen atau lebih di Eropa Barat, dan 36 persen orang di Amerika Serikat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: WHO, Pelonggaran Lockdown, dan Angka Kematian di AS...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.