Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peziarah Ramai Kunjungi Makam, Ini Bahayanya Menurut Epidemiolog

Kompas.com - 26/05/2020, 14:06 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tradisi ziarah ke makam keluarga di Hari Raya Idul Fitri masih dilakukan masyarakat Indonesia di Jakarta, Semarang, dan berbagai tempat lainnya.

Seperti yang terjadi di Semarang pada 24 Mei lalu, masyarakat mengunjungi Tempat Pemakamam Umum (TPU) Kedung Winong.

Dilansir Kompas.com, Senin (25/5/2020), ziarah tetap ramai karena hal itu sudah menjadi tradisi.

Epidemiolog Indonesia kandidat doktor pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menanggapi hal tersebut.

"Adanya keramaian dalam bentuk apapun dalam jumlah banyak, apalagi tidak mematuhi aturan jaga jarak dan bermasker akan memudahkan terjadinya penularan Covid-19," kata dia pada Kompas.com, Selasa (26/5/2020).

Baca juga: Rayakan Idul Fitri di Tengah Pandemi, Warga Semarang Tetap Jalankan Tradisi Ziarah Makam

Berisiko terhadap penyebaran virus corona 

Dicky mengatakan, kegiatan ke pemakaman sangat berisiko. Selain terjadinya kontak dengan banyak orang dari berbagai lokasi, juga ada pedagang yang berjualan.

Dia menambahkan, riset terakhir dari Harvard membuktikan dua faktor yang mendukung terjadinya angka kematian tinggi adalah tingkat kemiskinan dan kepadatan suatu wilayah.

Perilaku masyarakat pada 2 kondisi tersebut cenderung mengabaikan dan sekaligus sulit menerapkan upaya pencegahan.

Hal itu seperti bermasker, jaga jarak, dan menghindari keramaian antara lain saat acara kematian atau pemakaman.

Tanpa adanya aturan jaga jarak dan pola baru berjualan, dapat memperbesar risiko terjadinya trasmisi Covid-19.

"Kecuali ada aturan yang ketat dalam menjaga jarak dan jumlah maksimal dalam satu waktu. Itu akan meminimalkan potensi," kata Dicky.

Baca juga: Benyamin Minta Tradisi Ziarah Kubur Saat Lebaran Dilakukan di Rumah

Pembatasan di makam

Menurutnya, untuk meminimalkan potensi itu harus dimulai dari sosialisasi atau pengumuman sejak awal.

Perlu diumumkan kapan pemakaman dibuka, siapa yang bisa masuk, dan berapa orang yang bisa masuk.

Hal itu disesuaikan dengan kapasitas parkir dan juga luas area makam.

Selain itu perlu dipastikan adanya aturan alur masuk keluar orang atau mobil. Lama orang di area pemakaman juga harus dibatasi.

"Nah aturan-aturan ini tentu harus disertai adanya petugas yang cukup untuk memastikan orang-orang memakai masker sejak pintu masuk dan tidak lebih dari 5 orang dalam satu waktu," ujar dia.

Aturan pedagang juga harus ketat. Setidaknya pedagang ada dalam lokasi khusus dengan aturan jarak dan diberi pembatas. Selain itu, juga dibatasi jumlah pembeli dalam satu waktu.

Baca juga: Media Asing Kisahkan Penggali Makam Covid-19 di Jakarta: Kerja 15 Jam Sehari, 1 Makam Harus Selesai 10 Menit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com