Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Buku Nasional, Ini Rekomendasi 5 Novel Karya Penulis Indonesia

Kompas.com - 17/05/2020, 18:27 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Sumber Goodreads

KOMPAS.com - Bung Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia dikenal sebagai sosok yang gemar membaca buku dan juga menulis.

Hatta menggunakan buku sebagai referensi bagi pemikiran-pemikirannya, khususnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas”, kata Bung Hatta.

Bertepatan dengan Hari Buku Nasional yang diperingati pada (17/5/2020) kegiatan membaca buku menjadi salah satu cara yang baik untuk mengisi waktu selama karantina mandiri di rumah saat wabah corona. 

Melansir Goodreads, berikut adalah novel-novel terbaik karya penulis Indonesia yang menarik untuk dibaca selama berada di rumah:

Baca juga: Hari Buku: Menolak Tamat Ketika Roda Penerbitan Terhalang Covid-19

1. Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer

Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.KOMPAS.com/ HERU MARGIANTO Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Tetralogi Buru terdiri dari empat novel, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Karya ini ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer saat diasingkan oleh rezim Orde Baru di Pulau Buru selama 14 tahun sejak tahun 1965. 

Dia dituduh terlibat di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dituduh terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh rezim Orde Baru.

Tetralogi Buru dibuka dengan novel Bumi Manusia dan Minke sebagai tokoh utamanya. Dalam novel ini Pram menceritakan pergolakan Minke sebagai seorang bumiputra keturunan priyayi Jawa di era kolonialisme Belanda.

Pada masa itu, gagasan tentang rasa persatuan suku-suku di Nusantara sebagai sebuah bangsa Indonesia belum terbangun.

Baca juga: Hari Buku Nasional, Sejarah di Balik Peringatannya pada 17 Mei

2. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

Seniman Butet Kertaredjasa menarasikan buku audio Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jumat (7/3/2014). Peluncuran buku audio yang didukung Djarum Apresiasi Budaya tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan seni lengger oleh Ronggeng Sekar Wigati asal Banyumas.TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Seniman Butet Kertaredjasa menarasikan buku audio Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jumat (7/3/2014). Peluncuran buku audio yang didukung Djarum Apresiasi Budaya tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan seni lengger oleh Ronggeng Sekar Wigati asal Banyumas.

Buku ini merupakan gabungan dari tiga buku seri Dukuh Paruk, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala yang kesemuanya ditulis oleh Ahmad Tohari.

Novel ini bercerita tentang Srintil yang dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang.

Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu dari kawula biasa hingga pekabat-pejabat desa maupun kabupaten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com