Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Buku Nasional, Ini Rekomendasi 5 Novel Karya Penulis Indonesia

KOMPAS.com - Bung Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia dikenal sebagai sosok yang gemar membaca buku dan juga menulis.

Hatta menggunakan buku sebagai referensi bagi pemikiran-pemikirannya, khususnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas”, kata Bung Hatta.

Bertepatan dengan Hari Buku Nasional yang diperingati pada (17/5/2020) kegiatan membaca buku menjadi salah satu cara yang baik untuk mengisi waktu selama karantina mandiri di rumah saat wabah corona. 

Melansir Goodreads, berikut adalah novel-novel terbaik karya penulis Indonesia yang menarik untuk dibaca selama berada di rumah:

1. Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer

Tetralogi Buru terdiri dari empat novel, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Karya ini ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer saat diasingkan oleh rezim Orde Baru di Pulau Buru selama 14 tahun sejak tahun 1965. 

Dia dituduh terlibat di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dituduh terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh rezim Orde Baru.

Tetralogi Buru dibuka dengan novel Bumi Manusia dan Minke sebagai tokoh utamanya. Dalam novel ini Pram menceritakan pergolakan Minke sebagai seorang bumiputra keturunan priyayi Jawa di era kolonialisme Belanda.

Pada masa itu, gagasan tentang rasa persatuan suku-suku di Nusantara sebagai sebuah bangsa Indonesia belum terbangun.

2. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

Buku ini merupakan gabungan dari tiga buku seri Dukuh Paruk, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala yang kesemuanya ditulis oleh Ahmad Tohari.

Novel ini bercerita tentang Srintil yang dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang.

Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu dari kawula biasa hingga pekabat-pejabat desa maupun kabupaten.

Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini.

3. Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

Laskar Pelangi merupakan novel pertama dari tetralogi novel karya Andrea Hirata. Novel-novel lainnya berjudul Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Tetralogi ini diangkat dari kisah hidup penulisnya sendiri. Pada novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata mengisahkan kehidupan masa kecilnya bersama teman-temannya.

Melalui tokoh Ikal ia membawa pembaca menjelajahi Belitong selayaknya seorang anak yang sedang bermain-main bersama kawan-kawannya.

Selain itu, ada tokoh Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir jam sekolah.

4. Trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi

Novel ini merupakan judul pertama dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Dua novel lainnya berjudul Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Alif yang lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie, dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM) di Jawa Timur, Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.

Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. 

5. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye

Novel karya penulis yang populer di kalangan anak muda ini membawakan tema 'cinta' sebagai narasi utama diusungnya. Alunan bahasa yang puitis dan dipenuhi kata-kata indah, novel ini sangat tepat untuk menghabiskan waktu sembari merenungkan makna 'cinta'.

Berikut adalah sinopsis novel ini:

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/182700665/hari-buku-nasional-ini-rekomendasi-5-novel-karya-penulis-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke