Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersiap Hadapi New Normal Life Saat Karantina Covid-19 Berakhir, Seperti Apa?

Kompas.com - 06/05/2020, 15:00 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah ahli memprediksi pandemi virus corona Covid-19 bisa berlangsung lama. Seiring dengan belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona.

Meskipun demikian, tentu tidak bisa selamanya masyarakat hidup dalam masa karantina atau kuncian.

Ada ketentuan dimana sebuah negara dapat membuka kuncian physical distancing atau karantina tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan 6 panduan sebuah negara bisa membuka masa kuncian atau lockdown.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui Twitter-nya menyebutkan, setiap pemerintah yang ingin mulai mencabut batasan, harus terlebih dahulu memenuhi enam syarat:

1. Penularan penyakit terkendali
2. Sistem kesehatan dapat "mendeteksi, menguji, mengisolasi dan menangani setiap kasus dan melacak setiap kontak"
3. Risiko hot spot diminimalkan di tempat-tempat rentan, seperti panti jompo
4. Sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat penting lainnya telah menetapkan langkah-langkah pencegahan
5. Risiko mengimpor kasus baru "dapat dikelola"
6. Masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk hidup di bawah normal baru

Baca juga: WHO Sebut 6 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan jika Suatu Negara Cabut Lockdown

Meskipun nantinya waktu karantina bisa diakhiri, namun sampai vaksin atau obat virus corona Covid-19 bisa ditemukan, maka pola pencegahan seperti yang dilakukan saat ini harus terus dilakukan.

New normal life

Sejumlah ahli menyebut, kondisi itu dengan new normal life.

"Pandemi akan berlangsung lama, harus mulai membiasakan dengan new normal life, pola hidup normal yang baru," kata Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman.

Pola hidup baru itu adalah membiasakan pakai masker, personal hygiene dengan mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak terutama di tempat dan transportasi umum.

Hal itu tidak hanya untuk melindungi diri sendiri namun juga keluarga dan orang lain.

"Tidak bisa kita terus berada di rumah, akan ada fase semua harus kembali berjalan sedikit normal, namun upaya pencegahan, pembatasan fisik harus dilakukan," kata Dicky.

Beberapa hal yang bisa dilakukan saat new normal life di antaranya restoran dan rumah makan menghindari makan di tempat yaitu bisa dengan take away.

Kondisi itu menurut Dicky, bisa membuat roda ekonomi berjalan tanpa menutup usaha.

Sementara apabila restoran dengan tempat besar bisa diatur posisi duduknya dengan jarak antara satu hingga dua meter.

"Pola pencegahan harus mulai dibiasakan dan dipahami masyarakat. Tanpa itu penyakit ini akan terus menyebar untuk jangka waktu yang lama, sampai ditemukan obat atau vaksin," jelas Dicky.

Sedangkan untuk pihak pemerintah, Dicky mengatakan, tetap wajib mengutamakan strategi utama pandemi yaitu testing, tracing dan isolasi.

Serta penguatan kapasitas layanan kesehatan seperti jumlah sarana prasarana, SDM, APD dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com