Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut 6 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan jika Suatu Negara Cabut Lockdown

Kompas.com - 17/04/2020, 09:40 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan setiap negara yang ingin mencabut atau melonggarkan penguncian (lockdown) agar melakukannya dengan hati-hati.

Seperti diketahui, sejumlah negara menerapkan lockdown, bahkan lebih dari satu bulan, sebagai upaya menekan penyebaran dan penularan virus corona.

Penguncian ini membuat adanya pembatasan terhadap aktivitas masyarakat di bidang sosial dan ekonomi.

Setelah kasus Covid-19 di wilayahnya dinilai menurun, sejumlah negara bersiap melonggarkan penguncian.

“Ini adalah sesuatu yang kita semua inginkan (pencabutan lonckdown), tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika dilakukan terlalu cepat, berisiko adanya peningkatan (kasus) yang bahkan bisa lebih buruk dari situasi kita saat ini,” ujar Tedros, dalam pidato mingguannya di Jenewa, Kamis, (16/4/2020), seperti dikutip dari situs WHO.

Baca juga: Korea Selatan Laporkan Dugaan Infeksi Ulang Virus Corona, WHO: Kami Belum Tahu

6 syarat pencabutan lockdown

Terkait hal tersebut, Tedros menyebutkan, ada 6 faktor yang harus dipertimbangkan jika suatu negara ingin mencabut kebijakan penguncian.

Pertama, kemampuan untuk mengendalikan transmisi.

“Kedua, kapasitas sistem kesehatan untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menangani setiap kasus, serta melacak setiap kontak,” ujar Tedros.

Ketiga, lanjut dia, meminimalisasi risiko wabah khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo.

Keempat, melakukan langkah-langkah pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan lokasi-lokasi lain yang dikunjungi masyarakat.

Baca juga: Tidak Benar Virus Corona Bisa Menular Melalui Udara, Ini Pernyataan WHO dan Ahli

Kelima, kemampuan untuk mengelola kasus impor.

“Dan keenam, bahwa masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan 'norma baru'” ujar Tedros.

Dalam pidatonya, Tedros juga menyebutkan, saat ini virus bergerak ke negara-negara dengan populasi yang padat sehingga physical distancing tidak mungkin dilakukan.

“Pemerintah harus mempertimbangkan bahwa untuk beberapa negara dan masyarakat, perintah tinggal di rumah mungkin tidak praktis, dan bahkan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan,” kata dia.

Tedros mengatakan, jutaan orang di seluruh dunia harus bekerja untuk memastikan asupannya setiap hari.

Mereka tidak bisa tinggal di rumah untuk waktu yang lama tanpa adanya bantuan.

WHO khawatir terjadi tindak kekerasan karena sejumlah pembatasan yang dilakukan.

Ia juga menyebutkan, adanya peningkatan laporan tindak pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga.

Baca juga: WHO Ingatkan Bersatu Lawan Virus Corona dan Hentikan Politisasi Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby Tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby Tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com