KOMPAS.com - Hari ini 41 tahun lalu, tepatnya 4 Mei 1979, Margaret Thatcher membuka sejarah baru bagi Inggris.
Pada hari itu, ia dilantik sebagai perdana menteri perempuan pertama yang berkuasa di Britania.
Margaret Thatcher mendapatkan julukan Iron Lady karena sikapnya yang dinilai tegas, punya tekad yang kuat, dan gaya kepemimpinannya yang tidak kenal kompromi.
Tak hanya mencatatkan diri sebagai perdana menteri perempuan pertama di Inggris, Margaret Thatcher juga menjadi pemimpin perempuan pertama di Benua Eropa.
Selain itu, dia juga menjadi perdana menteri pertama yang mampu menang tiga pemilihan berturut-turut di abad ke-20.
Ketika dia pensiun pada 1990, dia menjadi perdana menteri dengan jabatan terlama di Inggris sejak 1827.
Di tangannya, Thatcher merevolusi perekonomian Inggris. Prestasi-prestasinya membuat sang Iron Lady menyamai ketenaran perdana menteri legendaris Inggris, Winston Churchill.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Beruntun Kereta Api di Jepang, 160 Orang Tewas
Melansir History, Thatcher lahir dengan nama Margaret Hilda Roberts pada 13 Oktober 1925 di Gantham, Lincolnshire. Thatcher merupakan anak dari pasangan Alfred Roberts dan Beatrice Ethel.
Ayahnya mempunyai dua toko kelontong, dan dikenal sebagai Alderman, atau anggota dewan kota setempat.
Ayahnya juga pernah menjadi Wali Kota Grantham pada 1945-1946.
Margaret Roberts menempuh pendidikan dasar di SD Huntingtower Road, dan berhasil mendapatkan beasiswa di Sekolah Putri Kesteven and Grantham karena nilai rapornya bagus.
Kecemerlangannya di dunia akademik membuatnya mengajukan beasiswa ke Universitas Somerville, Oxford, untuk Jurusan Kimia.
Sayangnya, beasis yang dia ajukan ditolak. Roberts baru diterima masuk ke universitas itu setelah ada kandidat yang mengundurkan diri.
Roberts diterima kuliah di Oxford pada 1943, dan lulus empat tahun kemudian dengan Penghargaan Tingkat Kedua di jurusan Kimia spesialisasi X-ray crystallography.
Meski berkuliah di jurusan Kimia, Roberts nyatanya lebih menyukai dunia politik. Selama di Oxford, dia pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Konservatif.
Kecintaannya terhadap dunia hukum dan politik tidak berubah meski Roberts bekerja sebagai peneliti selama empat tahun.
Pada 1951, Roberts menikah dengan Denis Thatcher, seorang pengusaha sukses dan juga duda, kemudian namanya berganti menjadi Margaret Thatcher.
Baca juga: Beasiswa untuk Mengenang Margaret Thatcher, Siapa Mau?
Dia kemudian masuk ke Vermin Club, organisasi akar rumput Konservatif yang dibentuk sebagai respon komentar melecehkan dari politisi Partai Buruh, Aneurin Bevan.
Ketika Thatcher aktif di Vermin, seorang temannya di Oxford memberitahu soal lowongan kandidat Konservatif di Parlemen Dartford.
Saat itu, Konservatif bermaksud mengincar kursi kosong yang ditinggalkan Partai Buruh dalam pemilihan 1950 dan 1951 di Dartford.
Partai memilih Thatcher karena terkesan dengannya. Meski bukan pembicara dinamis, Thatcher merupakan politisi yang dianggap tidak takut melontarkan jawabannya.
Seorang kandidat lain, Bill Deedes pernah mengatakan, "Ketika dia (Thatcher) membuka mulutnya, seketika kami terlihat seperti medioker".
Thatcher langsung menarik perhatian karena selain dia menjadi kandidat termuda -kala itu berusia 25 tahun- dia juga kandidat perempuan pertama.
Akan tetapi, dalam pemilihan 1950 dan 1951, dia mengakui keunggulan rivalnya, Norman Dodds.
Kalah dua tahun berturut-turut, Thatcher mengesampingkan dahulu ambisi politiknya. Suaminya kemudian membiayai Thatcher untuk kuliah hukum.
Pada 1953, dia menjadi pengacara yang mempunyai spesialisasi di hukum pajak. Pada tahun yang sama, Thatcher dikaruniai dua anak kembar, Carol dan Mark.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gelar Juara Kelas Berat Muhammad Ali Dicopot
Karier politik Thatcher tidak selalu mulus. Pada 1954, dia mencoba mengajukan diri menjadi kandidat Partai Konservatif untuk Parlemen Orpington.
Namun, dia gagal, dan menahan diri tidak terjun ke politik selama empat tahun.
"Saat itu, saya merasa terjun terlalu dini. Padahal ada si kembar," kenang Thatcher.