Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Margaret Thatcher Dilantik sebagai Perdana Menteri Perempuan Pertama Inggris

Pada hari itu, ia dilantik sebagai perdana menteri perempuan pertama yang berkuasa di Britania.

Margaret Thatcher mendapatkan julukan Iron Lady karena sikapnya yang dinilai tegas, punya tekad yang kuat, dan gaya kepemimpinannya yang tidak kenal kompromi.

Tak hanya mencatatkan diri sebagai perdana menteri perempuan pertama di Inggris, Margaret Thatcher juga menjadi pemimpin perempuan pertama di Benua Eropa.

Selain itu, dia juga menjadi perdana menteri pertama yang mampu menang tiga pemilihan berturut-turut di abad ke-20.

Ketika dia pensiun pada 1990, dia menjadi perdana menteri dengan jabatan terlama di Inggris sejak 1827.

Di tangannya, Thatcher merevolusi perekonomian Inggris. Prestasi-prestasinya membuat sang Iron Lady menyamai ketenaran perdana menteri legendaris Inggris, Winston Churchill.

Lulusan kimia yang cinta hukum dan politik

Melansir History, Thatcher lahir dengan nama Margaret Hilda Roberts pada 13 Oktober 1925 di Gantham, Lincolnshire. Thatcher merupakan anak dari pasangan Alfred Roberts dan Beatrice Ethel.

Ayahnya mempunyai dua toko kelontong, dan dikenal sebagai Alderman, atau anggota dewan kota setempat.

Ayahnya juga pernah menjadi Wali Kota Grantham pada 1945-1946.

Margaret Roberts menempuh pendidikan dasar di SD Huntingtower Road, dan berhasil mendapatkan beasiswa di Sekolah Putri Kesteven and Grantham karena nilai rapornya bagus.

Kecemerlangannya di dunia akademik membuatnya mengajukan beasiswa ke Universitas Somerville, Oxford, untuk Jurusan Kimia.

Sayangnya, beasis yang dia ajukan ditolak. Roberts baru diterima masuk ke universitas itu setelah ada kandidat yang mengundurkan diri.

Roberts diterima kuliah di Oxford pada 1943, dan lulus empat tahun kemudian dengan Penghargaan Tingkat Kedua di jurusan Kimia spesialisasi X-ray crystallography.

Meski berkuliah di jurusan Kimia, Roberts nyatanya lebih menyukai dunia politik. Selama di Oxford, dia pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Konservatif.

Kecintaannya terhadap dunia hukum dan politik tidak berubah meski Roberts bekerja sebagai peneliti selama empat tahun.

Pada 1951, Roberts menikah dengan Denis Thatcher, seorang pengusaha sukses dan juga duda, kemudian namanya berganti menjadi Margaret Thatcher.

Dia kemudian masuk ke Vermin Club, organisasi akar rumput Konservatif yang dibentuk sebagai respon komentar melecehkan dari politisi Partai Buruh, Aneurin Bevan.

Ketika Thatcher aktif di Vermin, seorang temannya di Oxford memberitahu soal lowongan kandidat Konservatif di Parlemen Dartford.

Saat itu, Konservatif bermaksud mengincar kursi kosong yang ditinggalkan Partai Buruh dalam pemilihan 1950 dan 1951 di Dartford.

Partai memilih Thatcher karena terkesan dengannya. Meski bukan pembicara dinamis, Thatcher merupakan politisi yang dianggap tidak takut melontarkan jawabannya.

Seorang kandidat lain, Bill Deedes pernah mengatakan, "Ketika dia (Thatcher) membuka mulutnya, seketika kami terlihat seperti medioker".

Thatcher langsung menarik perhatian karena selain dia menjadi kandidat termuda -kala itu berusia 25 tahun- dia juga kandidat perempuan pertama.

Akan tetapi, dalam pemilihan 1950 dan 1951, dia mengakui keunggulan rivalnya, Norman Dodds.

Kalah dua tahun berturut-turut, Thatcher mengesampingkan dahulu ambisi politiknya. Suaminya kemudian membiayai Thatcher untuk kuliah hukum.

Pada 1953, dia menjadi pengacara yang mempunyai spesialisasi di hukum pajak. Pada tahun yang sama, Thatcher dikaruniai dua anak kembar, Carol dan Mark.

Sempat gagal berulang kali

Karier politik Thatcher tidak selalu mulus. Pada 1954, dia mencoba mengajukan diri menjadi kandidat Partai Konservatif untuk Parlemen Orpington.

Namun, dia gagal, dan menahan diri tidak terjun ke politik selama empat tahun.

"Saat itu, saya merasa terjun terlalu dini. Padahal ada si kembar," kenang Thatcher.

Pada April 1958, Thatcher mencoba kembali ke panggung politik. Kali ini, dia mencoba "kursi aman" Konservatif di Finchley.

Thatcher akhirnya berhasil duduk sebagai anggota Majelis Rendah (House of Commons) Parlemen Inggris dalam Pemilu 1959.

Dari parlemen, karier politik Thatcher sedikit demi sedikit mulai merangkak naik. Pidato pertamanya sebagai anggota baru juga menarik perhatian parlemen.

Talenta politik Thatcher membuatnya digadang-gadang bakal menjadi kandidat perdana menteri di masa depan.

Sebuah pujian yang justru membuatnya pesimistis. "Populasi pria terlalu menghakimi. Tidak akan ada perdana menteri perempuan di masa saya," kata Thatcher saat itu.

Pada 9 Oktober 1961, dia dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Parlemen untuk Kementerian Urusan Pensiun dan Asuransi Nasional.

Setelah Partai Konservatif kalah pada Pemilu 1964, Thatcher menjadi juru bicara di Kementerian Perumahan dan Tanah.

Ia kemudian pindah sebagai anggota tim bayangan Kementerian Keuangan di 1966.

Pada 1966, petinggi Partai Konservatif melihat Thatcher sebagai kandidat anggota Kabinet Bayangan.

Namun, ketua partai Edward Heath dan wakilnya William Whitelaw malah menominasikan Mervyn Pike sebagai anggota kabinet.

Menteri Pendidikan dan Sains

Ketika Partai Konservatif memenangkan Pemilu 1970, Thatcher didapuk di kabinet menjadi Menteri Pendidikan dan Sains.

Pada saat itu, dia mendapat julukan "Thatcher, milk Snatcher" karena berusaha menghapuskan program susu gratis di sekolah bagi anak usia 7-11 tahun.

Jabatannya membuat Thatcher frustrasi. Tidak saja karena tekanan yang diterima, namun juga Perdana Menteri Edward Heath tidak bersedia mendengarkan suaranya.

Dokumen kabinet menemukan fakta bahwa sebenarnya Thatcher tidak setuju dengan keputusan tersebut. Namun, dia dipaksa oleh Kementerian Keuangan karena penghematan anggaran.

Ditekan oleh media dan oposisi Partai Buruh, Thatcher sempat berpikiran untuk keluar dari politik.

"Saya mempelajari sesuatu yang sangat berharga dari pengalaman ini. Saya menahan kebencian demi mendapat keuntungan politik," kata Thatcher dalam otobiografinya.

Memimpin Oposisi

Thatcher sempat berkata bahwa tidak akan ada politisi perempuan yang bisa menjadi perdana menteri di era 1970-an.

Namun, prediksinya salah. Pemerintahan Heath mulai disorot karena embargo minyak, dan aksi unjuk rasa serikat buruh yang meminta kenaikan upah di 1973.

Puncaknya, pada Februari 1974, Harold Wilson membawa Partai Buruh memenangkan pemilu mengalahkan Heath yang gagal membentuk koalisi pemerintahan.

Partai Buruh semakin dominan setelah mereka menang di pemilu yang digelar pada Oktober 1974. Kalah beruntun, kursi Heath sebagai ketua partai mulai digoyang.

Pada Februari 1975, Thatcher berhasil mengalahkan Heath dalam pemilihan pertama ketua partai, dan memupus ambisi William Whitelaw.

Thatcher pun menjadi Ketua Partai Konservatif, dan Pemimpin Oposisi, serta menjadikan Whitelaw sebagai wakilnya pada 11 Februari 1975.

Ketika Thatcher menjabat sebagai pemimpin oposisi, kala itu perekonomian Inggris memburuk, dan negara hampir bangkrut.

Namun, pada pertengahan 1978 ekonomi Inggris kembali membaik dan memulihkan kepercayaan pada partai Buruh. Saat itu, Partai Buruh digadang-gadang bakal memenangi Pemilu 1978.

Namun, pada 7 September 1978, James Callaghan saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri membuat keputusan mengejutkan. Dia mengumumkan kalau pemilu bakal digeser setahun, yaitu 1979.

Thatcher menanggapi perubahan itu dengan mengatakan bahwa pemerintahan Partai Buruh pengecut.

Kecaman Thatcher juga mendapat dukungan dari Ketua Partai Liberal David Steel, yang menyatakan bahwa partai penguasa sedang takut.

Kecaman dari dua partai besar itu membuat publik mulai menekan Callaghan. Situasi tersebut dimanfaatkan Thatcher untuk menyerang Partai Buruh.

Dia memaparkan data pengangguran di bawah pemerintahan dengan menggunakan slogan "Buruh Tidak Bekerja".

Seruan untuk menggelar pemilu terjadi setelah Callaghan mendapat mosi tidak percaya di awal 1979. Kemudian 4 Mei 1979, Thatcher resmi menjadi Perdana Menteri perempuan pertama di Inggris.

Perdana Menteri tanpa kompromi

Menjadi orang nomor satu di Inggris, Thatcher langsung melakukan serangkaian kebijakan yang membuatnya semakin dikenal.

Di bidang ekonomi, dia memutuskan untuk menghapus sistem industrial tradisional Inggris, dan menyerahkan pengelolaan transportasi publik dan perumahan ke swasta.

Selain itu, dia juga mengurangi pengeluaran di sektor sosial seperti pendidikan, kesehatan publik, maupun perumahan bersubsidi.

Thatcher juga membatasi pencetakan uang, dan membatasi secara legal persatuan dagang. Ketika itu, muncul istilah Thatcherisme.

Istilah itu tidak hanya menggambarkan kebijakan Thatcher. Namun juga gaya serta pandangan hidupnya. Dia menekankan pendekatan tanpa kompromi untuk mencapai tujuan politik.

Dalam wawancaranya dengan majalah Woman's Own di 1987, dia menyuarakan dasar kebijakannya yang terkesan keras kepala tersebut.

Dia berkata, generasi Inggris saat itu terlalu lama berada di masa di mana pemerintah bakal selalu mengatasi segala kesulitan mereka.

"Tugas kami adalah memastikan mereka bisa menangani diri mereka sendiri, dan kemudian menangani orang lain," tegas Thatcher saat itu.

Mengundurkan diri

Ketika memenangkan periode ketiganya di 1987, Thatcher bermaksud mengimplementasikan standar kurikulum pendidikan di seluruh Inggris.

Namun, dia sudah mendapat tekanan sejak kebijakannya yang dijuluki "poll tax" tidak populer sehingga menuai kecaman publik.

Apalagi, pada jajak pendapat yang dilakukan September 1990, Partai Buruh mengungguli Partai Konservatif hingga 14 persen.

Situasi itu membuat politisi bernama Michael Heseltine menantang Thatcher untuk memperebutkan jabatan Ketua Partai Konservatif pada 14 November 1990.

Pada pemilihan pertama, Thatcher menang dengan 204-152 suara dibanding Heseltine. Meski begitu, Heseltine mendapat dukungan untuk meminta pemilihan kedua.

Awalnya, Thatcher bersikukuh untuk menerima tantangan Heseltine. Namun, setelah berkonsultasi dengan kabinetnya, dia mengurungkan niatnya.

Puncaknya, Thatcher mengumumkan pengunduran diri pada 22 November 1990, dan memberi jalan kepada untuk John Major menggantikannya.

28 November 1990, Thatcher resmi meninggalkan Downing Street 10, kantor Perdana Menteri. Total, Thatcher memerintah Inggris selama 11 tahun dan 209 hari.

Dia menjadi pemimpin terlama sejak Lord Salisbury (13 tahun 252 hari), dan Lord Liverpool (14 tahun 305 hari).

Tutup usia di tahun 2013

Thatcher masih menjadi anggota Parlemen Inggris hingga 1992. Setelah itu, dia diangkat menjadi anggota Majelis Tinggi (House of Lords) dan mendapat gelar Baroness.

Thatcher masih mengisi ceramah di Amerika Serikat dan Asia. Namun, kegiatan itu dihentikan setelah dia menderita stroke ringan pada 2002.

Pada 8 April 2013, dalam usia 87 tahun, Baroness Margaret Thatcher wafat di Ritz Hotel London setelah mengalami serangan stroke.

Upacara pemakaman dengan penghormatan militer penuh digelar pada 17 April 2013. Sebelummya, dilakukan misa pemakaman di Katedral St.Paul.

Jenazah Thatcher dikremasi di Krematorium Mortlake, dengan dihadiri oleh Ratu Elizabeth II dan suaminya, Pangeran Philip Duke of Edinburgh.

Ini merupakan kali kedua Ratu Elizabeth II datang ke pemakaman mantan perdana menterinya. Sebelumnya, dia hadir ketika upacara pemakaman Winston Churchill pada 1965.

Abu Thatcher ditaruh di samping suaminya, Denis Thatcher, di Rumah Sakit Royal Chelsea.

(Sumber: History/Kompas.com: Ardi Priyatno Utomo | Editor: Ardi Priyatno Utomo)

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/04/120200865/hari-ini-dalam-sejarah--margaret-thatcher-dilantik-sebagai-perdana-menteri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke