Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hong Kong Siagakan 3.000 Polisi Cegah Kerumunan Aksi Hari Buruh

Kompas.com - 01/05/2020, 14:35 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber SCMP

KOMPAS.com - Polisi Hong Kong mengerahkan sedikitnya 3.000 petugas antihuru-hara untuk mencegah berkumpulnya massa di Hari Buruh pada 1 Mei 2020 ini.

Langkah ini dilakukan setelah adanya seruan di media sosial yang mengajak masyarakat untuk bergabung dengan gerakan anti-pemerintah di seluruh kota.

Melansir South China Morning Post, Jumat (1/5/2020), polisi pekan lalu menolak izin bagi serikat pekerja untuk mengadakan rapat umum Hari Buruh, dengan alasan risiko kesehatan masyarakat.

Penolakan tetap dilakukan meski panitia telah berkomitmen untuk memastikan para peserta aksi akan tetap menjaga jarak sejauh 1,8 meter.

Panitia juga memastikan peserta tidak akan berkumpul dalam kerumunan lebih dari empat orang, seperti yang dipersyaratkan dalam undang-undang social distancing.

Baca juga: Hari Buruh 1 Mei: Nasib Buruh di Tengah Pandemi Virus Corona

Dirikan 50 booth

Sebagai alternatif karena penolakan dari kepolisian, Konfederasi Serikat Buruh berencana untuk mendirikan lebih dari 50 booth di sekitar kota untuk mempromosikan hak-hak pekerja.

Sementara itu rencana muncul di media sosial untuk acara-acara skala kecil.

Pada aplikasi Telegram, orang-orang diajak untuk bergabung dengan aksi flash mob di Causeway Bay, Sai Ying Pun, Tai Po dan Kwun Tong pada sore hari.

Sementara itu aksi bernyanyi bersama rencanyanya akan digelar di atrium New Town Plaza di Sha Timah pada malam hari, menurut LIHKG Forum, sebuah forum diskusi online.

Bertindak tegas

Polisi berencana untuk bertindak tegas terhadap aksi-aksi yang akan digelar oleh masyarakat pada hari buruh.

Seorang sumber di jajaran senior kepolisian Hong Kong mengatakan bahwa polisi akan menggunakan strategi penangkapan massal untuk mencegah kekacauan meletus.

"Karena social distancing masih berlaku, polisi memiliki wewenang untuk membubarkan kelompok yang terdiri lebih dari empat orang. Kami harus bertindak cepat untuk mencegah kerumunan orang menjadi lebih besar," kata sumber itu.

Para pengunjuk rasa dapat ditangkap karena terlibat dalam tindakan yang dianggap melanggar hukum di bawah Peraturan Ketertiban Umum.

Sementara itu, polisi anti huru hara juga akan dilengkapi dengan gas air mata, peluru karet dan watercanon untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk.

Baca juga: Nasib Buruh di Tengah Pandemi Covid-19: Dari PHK hingga Kartu Prakerja

Selain Hari Buruh, polisi juga bersiap-siap untuk acara nyala lilin tahunan pada 4 Juni yang memperingati peristiwa Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 dan peringatan Hari Pendirian Hong Kong pada 1 Juli.

Peringatan 1 Juli tahun lalu diwarnai dengan aksi pengunjuk rasa yang menyerbu ruangan Legco (Komite Legislatif) untuk mengecam pembahasan RUU ekstradisi yang kini sudah ditarik.

Ketegangan meningkat


Ketegangan meningkat di beberapa lokasi di Hong Kong. Di Tin Shui Wai, di Wilayah Baru barat, puluhan pengunjuk rasa berkumpul di pusat perbelanjaan + Woo untuk menggelar aksi protes.

Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan beberapa pengunjuk rasa mengibarkan spanduk hitam bertuliskan “Bebaskan Hong Kong. Revolusi Zaman Kita. ”

Polisi anti huru hara tidak memasuki mal tetapi mengeluarkan tiket penalti/tilang  karena melanggar aturan social distancing.

Baca juga: Peringati Hari Buruh, FSPMI Akan Aksi di Medsos, Tolak Omnibus Law

Sementara itu di distrik Mong Kok, beberapa anggota dewan distrik itu menyiapkan kotak-kotak untuk mengumpulkan bunga krisan putih dari penduduk yang lewat di luar stasiun MRT Prince Edward.

Hal itu dilakukan untuk menandai delapan bulan sejak peristiwa operasi pembersihan yang dilakukan polisi.

Polisi anti huru-hara merespon dengan berpatroli di daerah itu dan kadang-kadang memperingatkan masyarakat yang lewat untuk menaati kebijakan sosial distancing.

"Saya tidak khawatir terinfeksi, saya keluar rumah hari ini untuk meletakkan bunga karena insiden itu masih membuat saya marah," kata Cathy Yiu, seorang warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com