KOMPAS.com - Sejumlah negara yang penanganan krisis virus corona Covid-19 dipimpin oleh seorang perempuan dinilai berhasil dan menunjukkan progres yang baik.
Mulai dari Jerman, Selandia Baru, Denmark, hingga Taiwan, para pemimpin perempuan dinilai bisa mengedalikan penyebaran dalam krisis Covid-19.
Meskipun demikian, banyak juga negara yang penanganan krisis Covid-19 dipimpin oleh seorang laki-laki menunjukkan hasil yang baik.
Artinya, mereka juga menjukkan hasil kerja dan buah pikir terbaiknya terhadap penanganan pandemi ini.
Untuk melihat bagaimana kiprah pemimpin perempuan dalam mengatasi pandemi corona di negaranya, berikut beberapa pemimpin perempuan yang dinilai bisa mengendalikan krisis virus corona:
Baca juga: Riset: Hewan Peliharaan Sulit Terpapar Corona dan Tularkan ke Manusia
1. Silveria Jacobs
Pada 1 April kemarin, Perdana Menteri Silveria Jacobs dari Sint Maarten di Kepulauan Karibia mengatakan kepada 41.500 rakyatnya, bahwa kasus virus corona terus meningkat dan Silveria tahu bahwa negara pulau kecil itu ada dalam risiko besar penularan virus.
Mengapa? Karena wilayah tersebut menerima setidaknya 500.000 turis setiap tahunnya.
Silveria tidak memberlakukan penguncian ketat atau lockdown untuk menangani kondisi yang ada, tetapi dia memberlakukan pengawasan terhadap penjarakan fisik masyarakatnya
"Cukup, berhenti bergerak. Jika Anda tidak memiliki roti yang disukai di rumah, makan lah kerupuk, makan sereal, makan lah gandum, atau sarden," kata dia, dikutip dari The Guardian, Sabtu (25/4/2020).
Perempuan berusia 51 tahun itu telah menyampaikan pesannya secara tegas, memberi contoh tindakan tegas, praktik komunikasi yang efektif, dan menunjukkan bahwa pemimpin perempuan dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, Timnas Futsal Iran Bawa Kabar Baik
2. Jacinda Ardern
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern (39) telah memberikan pesan melalui video yang diunggah ke Facebook, agar masyarakat tetap tinggal di rumah sebagai upaya menyelamatkan kehidupan.
Konferensi pers semacam itu dia lakukan setiap hari dari kediamannya dengan gaya komunikasi yang tenang.
Imbauan yang dia sampaikan itu membuat warga Selandia Baru bersama-sama bergerak menjaga lingkungannya, tetangga, merawat mereka yang rentan, dan mau berkorban untuk kebaikan yang lebih besar.
Capaian ini membuat Ardern banyak dipuji, karena dinilai berhasil menjalankan tanggung jawabnya dan menyatukan bangsa lewat ajakan sederhana.
Per 14 Maret lalu, dia memberlakuan kebijakan karantina selama 14 hari bagi siapa saja yang memasuki Selandia baru. Lalu dua pekan kemudian, kebijakan lockdown mulai diberlakukan.
Kebijakan penguncian itu diambil Ardern ketika jumlah kasus infeksi ada di angka 150 dan belum ada kasus kematian.
Hingga kini, Selandia Baru mencatat hanya ada 18 kematian akibat Covid-19 dan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintahan Ardern ada di atas 80 persen.
Baca juga: Angka Kematian Akibat Corona di Jerman Rendah, Ini Beberapa Alasannya
3. Angela Merkel
Kanselir Jerman, Angela Merkel menjelaskan dengan tenang dan detail soal kebijakan penguncian yang diambil oleh pemerintah untuk menangani Covid-19.