Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian: Lansia yang Sembuh Corona Miliki Antibodi Lebih Tinggi dari Anak Muda

Kompas.com - 20/04/2020, 19:20 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Proses penelitian ini adalah dengan mengambil sampel darah dari pasien Covid-19 yang pulih dari gejala ringan.

Pengamatan pada penelitian ini mengecualikan pasien yang dirawat di ruang intensif lantaran pertimbangan mereka telah mendapatkan antibodi tambahan dari terapi plasma darah yang disumbangkan.

Adanya hasil yang menunjukkan sepertiga dari pasien sembuh dalam penelitian ini memiliki antibodi rendah dengan titer di bawah 500 cukup membuat para peneliti terkejut.

Kategori penelitian

Dalam proses penelitian, para peneliti membagi kelompok menjadi tiga kategori yaitu lansia (60-85 tahun), paruh baya (40-59 tahun), dan muda (15-39 tahun).

Peneliti juga mengukur kadar antibodi penetralisir (NAbs) dalam darah setiap pasien.

Hasilnya orang-orang dalam kelompok usia 60-85 tahun memiliki antibodi lebih tinggi tiga kali jumlah antibodi mereka yang berusia 15-39 tahun.

Dari penelitian itu, 10 pasien dalam penelitian memiliki antibodi yang sangat rendah hingga tak dapat dideteksi di laboratorium.

Baca juga: Ada 1.290 Kematian Baru karena Virus Corona di China, Apa Penyebabnya?

Para pasien yang tampak tak mengembangkan antibodi tersebut dimungkinkan karena adanya tanggapan antibodi lain dalam metode tubuhnya dalam mengalahkan virus.

“Tanggapan kekebalan lainnya termasuk sel T atau sitokin yang juga berkontribusi dalam penelitian,” catat para peneliti.

Sel T adalah jenis sel darah putih yang membantu dalam respon imun, dan sitokin adalah jenis molekul yang dilepaskan sel saat melawan infeksi.

Adapun, jumlah antibodi rendah bisa mempengaruhi herd imunity yang terbentuk serta resistensi terhadap penyakit di kalangan populasi umum.

Padahal kekebalan kawanan atau herd imunity dapat bermanfaat untuk menghentikan penyebaran.

“Ini adalah pengamatan klinis awal kami. Masih dibutuhkan lebih banyak data terkait kekebalan kelompok dari berbagai belahan dunia,” ujar Profesor Huang Jinghe, pemimpin tim, mengatakan pada hari Selasa sebagaimana dikutip dari SCMP (7/4/2020).

"Pengembang vaksin mungkin perlu memberi perhatian khusus pada pasien-pasien ini. Jika virus yang sebenarnya tidak dapat menginduksi respon antibodi, versi vaksin yang lemah mungkin juga tidak bekerja pada pasien ini,” lanjutnya.

Baca juga: Peneliti Cambridge: Virus Corona Covid-19 Diduga Menyebar sejak September 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com