Mustafa Kemal dan pendukungnya dihadapkan pada tekanan dari berbagai arah. Terjadi pemberontakan lokal, pasukan resmi Ottoman, dan konflik dengan Yunani.
Kebutuhan mendesak pertama adalah membangun fondasi resmi sebelum melakukan tindakan apa pun.
Pada 23 April 1920, Majelis Nasional Besar bertemu di Ankara dan secara tegas menyatakan bahwa pemerintahan sultan harus menentang penjajahan asing.
Undang-Undang Dasar 20 Januari 1921 menyebutkan, majelis menyatakan bahwa kedaulatan adalah milik bangsa. Majelis dianggap sebagai wakil bangsa yang sejati dan satu-satunya.
Nama negara dinyatakan sebagai Turki (Türkiye), dan kekuasaan eksekutif dipercayakan kepada dewan eksekutif yang dipimpin oleh Mustafa Kemal.
Mustafa Kemal akhirnya bisa berkonsentrasi penuh pada perang dan berhasil meredam pemberontakan lokal serta mengalahkan pasukan Ottoman.
Pada 1920-1921, pasukan Yunani membuat kemajuan besar, dan hampir mencapai Ankara.
Kemudian, berhasil dikalahkan pada Pertempuran Sungai Sakarya, 24 Agustus 1921 serta membawa Turki menduduki Izmir pada 9 September 1922.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kapal Kargo Fort Stikine Meledak, 1.300 Orang Meninggal
Saat itu, Mustafa Kemal dan pendukungnya sudah mulai mendapatkan pengakuan Eropa.
Pada 16 Maret 1921, Perjanjian Soviet-Turki memberi Turki keuntungan dengan kembalinya Kota Kars dan Ardahan ke Turki.
Masalah domestik mendorong Italia untuk mulai menarik diri dari wilayah Turki yang didudukinya.
Berdasarkan Perjanjian Ankara, Pdrancis setuju untuk meninggalkan wilayah selatan Kilikia. Akhirnya, Sekutu setuju untuk menyerahkan kembali Istanbul dan Thrace Timur ke tangan Turki.
Konflik dengan Yunani berakhir lewat penyelesaian komprehensif yang akhirnya dicapai melalui Perjanjian Lausanne (1923).
Perbatasan Turki di Thrace didirikan di Sungai Maritsa, dan Yunani mengembalikan Pulau Gökçeada (Imbros) dan Bozcaada (Tenedos).
Terjadi pertukaran populasi yang menyebabkan sekitar 1.300.000 orang Yunani meninggalkan Turki dan 400.000 orang Turki dipulangkan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Yuri Gagarin Jadi Manusia Pertama di Luar Angkasa
Status Kota Mosul diserahkan kepada Liga Bangsa-Bangsa, yang pada tahun 1925 merekomendasikannya untuk menjadi bagian dari negara baru Irak.
Perjanjian Lausanne juga mengatur pembagian utang publik Ottoman, penghapusan kapitulasi secara bertahap, dan memberi wewenang otoritas internasional untuk mengontrol selat yang merupakan akses ke Laut Hitam.
Turki tidak mendapatkan kembali kendali penuh atas selat itu hingga Konvensi Montreux tahun 1936.
Pembangunan sistem politik baru dimulai dengan penghapusan kesultanan dan deklarasi republik.
Kesetiaan rakyat kepada dinasti Ottoman sangat kuat bahkan di kalangan pendukung Mustafa Kemal.
Akan tetapi, kedekatan Sultan Mehmed VI dengan Sekutu membuatnya kehilangan dukungan.
Hal tersebut sedikit banyak terbantu oleh adanya undangan Sekutu kepada Sultan untuk mencalonkan wakil ke Lausanne.
Dengan kombinasi ancaman dan persuasi yang cemerlang, Mustafa Kemal mampu mendorong majelis untuk menghapuskan kesultanan (1 November 1922).
Mehmed VI meninggalkan Turki, dan sepupunya Abdülmecid II diangkat sebagai khalifah Ottoman pertama dan terakhir yang tidak bergelar Sultan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 6 April 1896, Olimpiade Modern Pertama Digelar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.