Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Virus Corona, Cerita Lumbung Solidaritas dari Banjarsari...

Kompas.com - 13/04/2020, 16:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wabah virus corona mengubah kehidupan semua umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Imbauan untuk di rumah saja, jangan berkerumun, dan lebih memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan harus dilakukan.

Demi apa? Demi memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Situasi pandemi virus corona turut membawa dampak serius bagi keadaan ekonomi masyarakat. Pekerja harian, atau mereka yang bekerja tak tetap, mengalami impitan ekonomi yang berat, bahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Swadaya masyarakat pun mulai bermunculan, untuk saling bergandeng tangan, membantu meringankan beban sesama.

Hal ini pula yang mendorong Komunitas Rumah Banjarsari, salah satu kelompok kesenian di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menginisiasi pendirian Lumbung Solidaritas Rumah Banjarsari.

Rumah Banjarsari berlokasi di kawasan Setabelan, Banjarsari, Surakarta.

Lumbung Solidaritas ini didirikan pada Februari 2020. Sesuai dengan namanya, lumbung ini digunakan oleh komunitas untuk menyimpan bahan pangan dan digunakan bersama.

Selain itu, dilakukan pembuatan hand sanitizer secara mandiri dan bisa digunakan secara gratis oleh masyarakat.

"Kami berjalan secara organik hasil ngobrol dan diskusi dengan kawan komunitas, tentang apa respons kami sebagai komunitas, saat awal mula wabah ini dibahas di Indonesia." kata Zen Zulkarnaen, salah satu penggagas berdirinya Lumbung Solidaritas Rumah Banjarsari, kepada Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Baca juga: Viral, Aksi Donasi dan Berbagi 300 Nasi Kepal Setiap Hari untuk Pekerja Jalanan

Sebagian bahan pangan yang terkumpul di Lumbung Solidaritas Rumah Banjarsari Rumah Banjarsari Sebagian bahan pangan yang terkumpul di Lumbung Solidaritas Rumah Banjarsari
Kata "lumbung" dipilih karena mengacu pada konsep masyarakat Jawa pada zaman dahulu yang bersifat agraris.

Kala itu, masyarakat Jawa mengenal istilah mangsa atau musim untuk menandai waktu-waktu sesuai kegiatan bertani mereka.

Untuk berjaga-jaga jika tiba waktunya musim paceklik atau gagal panen, maka masyarakat pada waktu itu memiliki lumbung untuk menyimpan cadangan makanan.

Dengan cara ini, mereka membangun ketahanan pangan. 

"Secara ide dan konsep sih sudah lama. Ingin kami terapkan untuk gerakan masyarakat kampung. Wabah corona seperti menemukan momentum pentingnya lumbung sebagai ketahanan pangan komunitas," kata Zen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com