Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalani Isolasi di Masa Wabah Corona, Waspada dan Kenali Gejala Demam Kabin

Kompas.com - 12/04/2020, 15:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjadi di seluruh dunia mau tidak mau membawa banyak perubahan bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Salah satu yang paling terasa adalah imbauan bahkan larangan berkegiatan di luar rumah, sehingga segala sesuatu sebisa mungkin diselesaikan dari dalam rumah saja.

Mulai dari makan, olahraga, istirahat, belajar, bahkan bagi mereka yang memungkinkan, bekerja pun diminta untuk dilakukan dari rumah saja.

Untuk minggu-minggu pertama, bekerja dari rumah dan melakukan banyak kegiatan bersama dengan keluarga di rumah masih menyenangkan. 

Tapi bagaimana bila imbauan atau perintah untuk tinggal di rumah itu berlangsung dalam waktu yang relatif lama, berbulan-bulan misalnya?

Hal itu ternyata bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang dan menimbulkan satu gangguan yang disebut sebagai cabin fever atau demam kabin.

Baca juga: Cegah Corona, 3 Maskapai Ini Terapkan Physical Distancing, Berikut Penjelasannya

Apa itu demam kabin?

Dikutip dari The Straitstime (12/4/2020), demam kabin bisa digambarkan sebagai suatu kondisi di mana seseorang merasa gelisah ketika terjebak dalam ruangan tertutup yang terbatas dalam jangka waktu yang lama.

Nama demam kabin sebenarnya berasal dari masyarakat Amerika Utara di masa lalu, yang banyak terjebak di kabin kayu milik mereka saat tiba musim dingin yang panjang.

Psikiater dan filsuf asal Jepang, Karl Jaspers menyebut keterbatasan ruang gerak dalam waktu panjang seperti ini dapat berdampak besar pada kondisi psikologis seseorang.

Meskipun ini bukan gangguan yang secara resmi terdaftar dalam kasus kejiwaan, namun demam kabin ini bisa menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan mental.

Kembali pada teori yang menyebut manusia sebagai makhluk sosial, setiap mausia membutuhkan kontak dan kerja sama dengan individu lain untuk bisa bertahan hidup.

Misalnya penurunan imunitas yang dialami para peneliti yang bekerja di stasiun kutub, atau astronot yang menghabiskan sekian watunya di luar angkasa.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Stres akibat Khawatir Virus Corona?

Dampak demam kabin

Keterasingan secara sosial dapat memicu timbulnya rasa kesepian, rasa takut kepada orang lain, kekhawatiran berlebih, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri, kepribadian dan kondisi ekonomi seseorang akan sangat berpengaruh pada proses isolasi atau karantina diri di rumah.

Misalnya orang introvert mungkin akan sangat mudah melalui masa-masa ini, karena itu sesuai dengan kepribadiannya. Namun tidak dengan orang ekstrovert atau yang terbiasa melakukan banyak kegiatan dan interaksi di luar.

Pun dengan orang-orang dengan kondisi keuangan yang cukup, tinggal di rumah bukan lah masalah yang terlalu berat. Mereka masih tetap bisa bertahan hidup dan mendapatkan penghasilan meski dari dalam rumah saja.

Namun hal itu tidak berlaku bagi mereka yang secara ekonomi tidak begitu beruntung, cadangan makanan dan uang yang mereka miliki hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup hari ini atau sehari setelahnya.

Mereka pun harus keluar dan bekerja agar mendapatkan uang untuk bertahan hidup.

Baca juga: Beberapa Tips agar Tidak Stres Saat Pandemi Virus Corona

Gejala

Demam kabin memiliki kemiripan dengan Affective Disorder dan claustrophobia. Penderitanya akan mengalami serangkaian sinyal marabahaya seperti gelisah, mudah tersinggung, tidak sabar, perasaan lesu, kesulitan berkonsentrasi, atau tidak memiliki motivasi.

Selain itu, gejala yang juga bisa ditunjukkan adalah seseorang banyak makan sehingga mengalami penambahan berat badan, dan mengalami gangguan tidur, baik kesulitan, atau terlalu banyak tidur.

Risiko yang bisa ditimbulkan

Mengalami serangkaian perasaan dan kondisi kejiwaan yang tidak stabil sebagaimana dijelaskan di atas bisa memiliki konsekuensi lebih panjang.

Misalnya seseorang mengalami depresi, termotivasi untuk bunuh diri, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Belum lagi kebingungan secara finansial selama menghadapi virus mematikan ini. Semua itu bisa berakibat pada kondisi kesehatan mental.

Baca juga: Lepas Stres, Berikut 6 Cara Mengatasinya

Cara penanganan

Agar terhindar dari semua itu, terdapat beberapa cara yang disarankan.

Misalnya menjaga kontak sosial dengan orang-orang walaupun hanya melalui media sosial atau dilakukan secara digital

Seseorang juga sebisa mungkin untuk menghindari konflik dengan siapa pun, karena konflik bisa memicu masalah lain.

Menghabiskan waktu di luar ruangan juga disarankan. Membiarkan tubuh ada di bawah sinar matahari, menikmati segarnya udara, melihat pohon hijau dan burung yang beterbangan, bisa membantu mengatur ritme kerja tubuh seseorang.

Melakukan olahraga dan menjaga pola hidup normal (jadwal makan, istirahat) juga disarankan. Jangan karena terlalu lama di rumah, sehingga pola-pola yang sebelumnya terjaga menjadi kacau dan berantakan.

Lebih baik lagi, apabila selama menjalani masa isolasi, seseorang menjajal berbagai hal baru dan memantik kreativitas yang selama ini mungkin kurang terasah.

Selain itu, mengitu berbagai kegiatan positif (via digital) juga bisa dilakukan, seperti penggalangan dana, kelas online, dan sebagainya.

Baca juga: Khawatir terhadap Virus Corona? Simak Sejumlah Cara untuk Atasi Stres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com