Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Masker Sendiri di Rumah, Ini Bahan yang Paling Baik Menurut Penelitian

Kompas.com - 06/04/2020, 21:14 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – WHO telah mengimbau semua orang di tempat umum untuk mengenakan masker guna mencegah penyebaran dan penularan virus corona penyebab Covid-19. 

Adapun masker yang disarankan untuk dipakai masyarakat umum adalah masker kain, atau masker buatan sendiri dengan memanfaatkan ketersediaan bahan-bahan yang ada.

Sementara masker medis diprioritaskan hanya untuk petugas medis di layanan kesehatan. 

Lantas, jika ingin membuat sendiri masker di rumah, bahan-bahan apa saja yang baik untuk digunakan?

Bahan masker kain

Sebuah studi di Universitas Cambridge mencoba melakukan pengujian berbagai jenis bahan rumah tangga yang dapat dipakai untuk membuat masker sendiri.

Bahan yang diuji dan dibandingkan terdiri dari: kantong vacum cleaner atau penyedot debu, lap piring (serbet), katun blend, T-shirt katun 100 persen, sarung bantal anti mikroba, scraft, sarung bantal, linen, dan sutra.

Bahan-bahan tersebut kemudian dilihat bagaimana kemampuannya dalam menyaring bakteri, serta dalam mencegah penyebaran aerosol.

Pengujian untuk melihat kemampuan filtrasi masing-masing bahan adalah dengan menempatkan potongan kain yang kemudian disemprotkan aliran udara yang telah mengandung mikroorganisme.

Baca juga: Gunung di China Dipadati 20.000 Pengunjung Usai Lockdown Dilonggarkan

Adapun organisme yang dipakai untuk pengujian adalah dari jenis bakteri Bacillus atrophaeus dan virus Bacteriophage MS.

Bacillus atrophaeus memiliki ukuran 0.95-1.25 mikron yang merupakan bakteri pembentuk spora berbentuk batang. Sementara virus Bacteriophage MS memiliki ukuran 0.023 mikron.

Kemampuan filtrasi masing-masing kain kemudian dibandingkan dengan masker bedah.

Hasilnya beberapa kain menunjukkan mereka memiliki kemampuan filtrasi dalam menyaring kedua organisme.

Secara lengkap urutan kain yang baik dalam menyaring bakteri dalam percobaan itu adalah sebagai berikut

  1. Masker Bedah 96 peren
  2. Kantong vacum cleaner  94,35 persen
  3. Serbet 83,24 persen
  4. Katun blend 74,60 persen
  5. T-shirt Katun 69,42 persen
  6. Sarung bantal antimikroba 65,62 persen
  7. Scraf 62,30 persen
  8. Sarung bantal 61,28 persen
  9. Linen 60 persen
  10. Sutra 58 persen

Perbandingan kemampuan bahan rumah tangga dalam menangkal partikel-partikel kecilhttps://smartairfilters.com/ Perbandingan kemampuan bahan rumah tangga dalam menangkal partikel-partikel kecil

 

Sementara itu untuk penyaringan virus Bacteriophage MS menunjukkan sedikit perbedaan hasil.

Penggunaan virus ini sebagai uji coba adalah untuk melihat kemampuan kain mengingat virus ini memiliki ukuran 5 kali lebih kecil dari virus corona SARS-Cov-2 yang ukurannya sekitar 0,1 mikron. Selain itu, tingkat keamanan bakteri dinilai jauh lebih aman digunakan saat penelitian.

Adapun urutan kemampuan tiap bahan dalam menyaring virus adalah sebagai berikut:

  1. Masker Bedah 89,52 persen
  2. Vacum Cleaner Bag 85,95 persen
  3. Serbet 72,46 persen
  4. Katun Blend 70,24 persen
  5. Sarung bantal antibakteri 6890 persen
  6. Linen 61,67 persen
  7. Sarung bantal 57,13 persen
  8. Sutra 54,32 persen
  9. T-Shirt Katun 50,85 persen
  10. Scraft 48, 87 persen

Perbandingan kemampuan bahan dalam mencegah virushttps://smartairfilters.com/ Perbandingan kemampuan bahan dalam mencegah virus

Baca juga: Berikut Cara Dapatkan Internet Gratis dari XL, Telkomsel dan Indosat untuk Bekerja dan Belajar dari Rumah

Masker kain lebih baik daripada tidak

Pengujian juga melihat seberapa efektif masker kain dalam menahan droplet dan mencegah penyebaran aerosol. Pengujian mengundang 21 sukarelawan yang memiliki kondisi fit berusia 20-44 tahun.

Sukarelawan diminta menggunakan masker dari katun t-shirt.

Selanjutnya sukarelawan diharuskan batuk di sebuah kotak batuk yang dirancang sedemikian rupa. Serta diminta untuk bernapas dengan kriteria napas tertentu.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan saat mereka mengenakan masker kain, masker bedah dan tanpa masker.

Total koloni mikroorganisme dan jumlah partikel kemudian dihitung.

Hasilnya baik masker bedah maupun masker kain terbukti mampu mengurangi droplet dibandingkan tanpa menggunakan masker. 

Jumlah mikroorganisme juga terlihat lebih kecil. Meskipun, masker bedah masih lebih baik dibanding masker kain.

Akan tetapi hal itu lebih baik jika dibandingkan tidak menggunakan masker sama sekali.

Baca juga: Fakta soal Masker, Sempat Tak Dianggap Kini Diserukan untuk Tangkal Corona...

Kesimpulan

Para peneliti menguji bahan yang paling efektif dalam penyaringan saat menggunakan masker berlapis.

Adapun yang mereka uji adalah versi dobel dari serbet, sarung bantal dan kain katun T-shirt 100 persen.

Meskipun ada peningkatan kemampuan, secara keseluruhan, menggunakan lapisan ganda tak banyak menunjukkan peningkatan kemampuan penyaringan.

Kecuali pada lapisan ganda serbet yang memperlihatkan peningkatan kinerja sebesar 14 persen.

Yang membuat serbet mempunyai efektivitas yang sama dengan masker bedah.

Meski demikian, para peneliti tak memilih kain dari serbet. Termasuk pula tas vacum cleaner sebagai bahan terbaik untuk pilihan masker.

Mereka menyimpulkan sarung bantal dan t-shirt katun 100 persen adalah bahan terbaik untuk masker buatan sendiri.

Hal ini karena pertimbangn kenyamanan bahan saat dipakai untuk bernapas.

Kemudahan saat bernapas ketika menggunakan masker dinilai penting karena akan mempengaruhi seberapa tahan anda menggunakan masker itu.

Dari penelitian itu, peneliti menyarankan masker kain yang direkomendasikan adalah masker dari t-shirt dan sarung bantal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com