KOMPAS.com - Hingga hari ini, Jumat (3/4/2020), lebih dari 1 juta orang di dunia telah terinfeksi virus corona dengan tingkat kematian sekitar 5 persen.
Sejak wabah virus corona terjadi pada akhir Desember 2019, para ahli kesehatan telah menekankan betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, menyemprotkan disinfektan, dan menutupi mulut dengan lengan saat batuk.
Meski demikian, laju penyebaran virus corona membutuhkan upaya yang lebih keras.
Hal ini membuat sejumlah negera mengambil tindakan penguncian dan menerapkan jaga jarak.
Bagaimana sebenarnya virus corona itu menyebar?
Menurut penelitian baru yang diterbitkan dalan The New England Journak of Medicine, para ilmuwan menyebut bahwa partikel aerosol dapat menyebarkan virus corona.
Hal itu mengindikasikan adanya kemungkinan penularan penyakit melalui udara, tetapi dalam kondisi tertentu.
Baca juga: Update Virus Corona di Dunia: Kasus Positif Covid-19 Mencapai 1 Juta
Direktur Medis Mikrobiologi Diagnostik di Rumah Sakit Methodist Houston S. Wesley Long mengatakan, partikel aerosol memiliki ukuran yang jauh lebih kecil.
"Maka partikel dapat melakukan perjalanan jarak jauh dan dapat dengan mudah dihirup ke paru-paru," kata Long, seperti dilansir dari Huffpost, Rabu (1/4/2020).
"Tetesan pernapasan cenderung sekitar 20 kali lebih besar dan berjalan sekitar enam kaki (2 meter) atau kurang sebelum jatuh ke tanah," lanjut dia.
Partikel aerosol mungkin hanya akan ditemukan dalam kondisi tertentu dan memiliki risiko infeksi sangat rendah pada kebanyakan orang.
Namun, penelitian itu menunjukkan bahwa partikel aerosol dapat melayang di udara selama beberapa jam.
Hal inilah yang membuat para petugas medis memiliki risiko tinggi akan terpapar virus corona.
Baca juga: Bantu Hentikan Penyebaran Virus Corona, Lakukan 5 Hal Ini