Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1 Juta Orang Terinfeksi, Ini Cara Penyebaran Virus Corona yang Paling Umum Terjadi

Kompas.com - 03/04/2020, 09:13 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Ketika cairan yang mengandung virus, seperti air liur atau lendir terganggu selama prosedur, cairan itu dapat tetap tinggal di udara dengan bergantung pada tetesan air, debu, dan partikel lainnya.

"Begitu berada di udara, partikel-partikel itu dapat tersebar melalui aliran udara dari ventilasi atau kipas yang membantu mereka bergerak di luar ruang langsung mereka," jelas Hokeness.

Selain sirkulasi udara, menurut Hokeness, aktivitas manusia seperti berjalan dan membuka pintu juga dapat lebih memudahkan perjalanan partikel.

Di sisi lain, tetesan pernapasan (droplet) memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan dapat mendarat dengan cepat setelah dilepaskan oleh orang yang terinfeksi.

Perbedaan transmisinya adalah droplet diproduksi ketika seseorang sedang batuk atau bersin.

"Droplet terbatas dalam hal jangkauan. Droplet bisa mengenai seseorang ketika berada dalam jarak dekat sekitar 1 meter. Itulah sebabnya kami mengatakan 2 meter sebagai ukuran jarak," jelas dia.

Baca juga: Update Terkini Penyebaran Virus Corona di 8 Negara Asia Tenggara

Model penularan yang harus diperhatikan

Meski demikian, penyebaran virus melalui udara bukanlah cara yang paling berpotensi membuat seseorang terinfeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Jika ini terjadi, maka jumlah orang yang terinfeksi akan lebih banyak. Virus corona diprediksi menyebar ke sekitar 2 hingga 2,5 orang untuk setiap satu orang yang terinfeksi.

Ketika sebuah penelitian menunjukkan bahwa virus corona bisa muncul sebagai aerosol, sebuah laporan dari dua rumah sakit di Wuhan justru tidak mendeteksi partikel-partikel seperti dalam 35 sampel udara.

Cara penularan yang paling umum diyakini masih melalui kontak dengan tetesan pernapasan.

Artinya, penularan tetesan dapat terjadi ketika seseorang batuk ke permukaan benda atau tangan, kemudian ditransfer oleh tangan ke hidung atau mulut penerima.

"Kami masih belajar tentang Covid-19, tetapi virus corona dapat hidup beberapa hari di permukaan yang keras dan bekerja dengan baik pada kulit. Mereka kurang optimal pada permukaan berpori seperti karton atau kain," kata Long.

Baca juga: [POPULER TREN] Masa Inkubasi Virus Corona | Lonjakan Pasien Covid-19 Tanpa Gejala di China

Penelitian dalam The New England Journal of Medicine mengulas berapa lama virus corona hidup dalam berbagai konteks.

Sebagai partikel aerosol yang melayang di udara, virus dapat bertahan hingga tiga jam.

Sementara, pada plastik dan stainless steel dapat bertahan hingga tiga hari.

Para peneliti menemukan bahwa virus itu bertahan untuk waktu yang jauh lebih sedikit pada tembaga, yaitu sekitar empat jam.

"Ini adalah bukti sangat awal tentang bagaimana virus dapat menyebar. Terkadang itu tidak selalu sempurna ketika diterjemahkan ke dunia," kata Hokeness.

"Tapi diskusi ini penting ketika kita berusaha untuk menjaga petugas perawatan kesehatan dan publik. Kami mempelajari semuanya secara real time," lanjut dia.

Baca juga: SERIAL INFOGRAFIK VIRUS CORONA: Tips Aman Berbelanja

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com