Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini 15 Tahun Lalu, Paus Yohanes Paulus II Berpulang...

Kompas.com - 02/04/2020, 14:19 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS. com - Hari ini 15 tahun yang lalu, tepatnya 2 April 2005, dunia berduka atas berpulangnya Paus Yohanes Paulus II.

Paus Yohanes Paulus II meninggal dunia di Vatikan dalam usia 85 tahun.

Melansir History, berselang enam hari kemudian, dua juta orang dari seluruh belahan dunia memadati Vatikan untuk menghadiri upacara pemakaman yang disebut sebagai yang terbesar sepanjang sejarah.

Perjalanan hidup Yohanes Paulus II

Yohanes Paulus II lahir di Wadowice, Polandia, pada 18 Mei 1920 dengan nama lahir Karol
Jozef Wojtyla.

Ia merupakan orang non-Italia pertama sejak abad ke-16 yang menjadi Paus.

Selepas tamat SMA, Wojtyla kemudian meneruskan kuliah di Universitas Jagiellonian di Kota Krakow, Polandia, mengambil studi tentang filsafat dan sastra serta terlibat dalam pementasan drama teater.

Ketika pecah Perang Dunia II, Polandia, termasuk Kota Krakow, dikuasai oleh Nazi Jerman. Akibatnya. Universitas Jagiellonian ditutup.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Wabah Antraks Serang Rusia, 62 Orang Meninggal

Wojtyla akhirnya terpaksa bekerja di tambang, kemudian pabrik pembuatan bahan kimia.

Pada 1941, Wojtyla menjadi sebatang kara setelah ibu, ayah, dan saudara laki-lakinya meninggal dunia.

Pada 1942, dia masuk sekolah seminari untuk menjadi pemimpin Gereja Katolik.

Setelah Perang Dunia II berakhir, Wojtyla meneruskan kuliahnya yang sempat terputus. Kali ini, dia mengambil studi Teologi di Universitas Jagiellonian.

Pada 1946, Wojtyla resmi menjadi pemimpin gereja serta berhasil menyelesaikan dua kuliah doktor dan menjadi profesor di bidang teologi moral dan etika sosial.

Ditunjuk menjadi uskup pembantu di Krakow

Paus Yohanes Paulus IIAP Paus Yohanes Paulus II
Pada usia 38 tahun, tepatnya 4 Juli 1958, Wojtyla ditunjuk oleh Paus Pius XII untuk menjadi
uskup pembantu di Krakow sebelum menjadi Uskup Agung di kota itu.

Ketika menjabat sebagai Uskup Agung Krakow, Wojtyla secara lantang menyuarakan kebebasan beragama.

Pada waktu yang sama, Konsisi Kedua Vatikan digelar dan merevolusi ajaran Katolik.

Wojtyla diangkat menjadi Kardinal pada tahun 1967 dan mengambil risiko bekerja dan hidup sebagai imam Katolik di bawah rezim pemerintahan komunis yang tengah berkuasa di Polandia saat itu.

"Saya tidak takut dengan mereka. Merekalah yang takut kepada saya," kata Wojtyla saat ditanya soal perasaannya terhadap pemerintahan komunis.

Tidak banyak orang yang menyangka bahwa Wojtyla akan menjadi Paus berikutnya setelah Paus Yohanes Paulus I wafat pada tahun 1978, setelah 34 hari menjabat.

Wojtyla akhirnya terpilih setelah dewan konklaf melakukan tujuh putaran pemungutan suara dan menjadikan pria berusia 58 tahun itu sebagai Paus ke-264.

Baca juga: Bosnia Resmikan Patung Paus Yohanes Paulus II

Dia menjadi Paus non-Italia pertama dan termuda sejak 132 tahun terakhir.

Sebelum Wojtyla, Paus non-Italia terakhir adalah Paus Adrian VI asal Belanda yang menjabat pada tahun 1522-1523.

Paus Yohanes Paulus II adalah sosok konservatif. Selama masa kepausannya, Vatikan dengan teguh terus menentang komunisme dan perang, aborsi, penggunaan alat kontrasepsi, pemberlakuan hukuman mati serta menentang hubungan seks sesama jenis.

Paus Yohanes Paulus II juga menentang euthanasia, kloning manusia, dan riset sel punca.

Yohanes Paulus II juga dikenal sebagai Paus yang paling banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara.

Selama masa kepausannya, dia telah mengunjungi 129 negara, termasuk kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1989.

Kefasihannya berbicara dalam 8 bahasa (Polandia, Italia, Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal dan Latin) telah memudahkannya berkomunikasi saat melakukan perjalanan ke berbagai negara.

Paus Yohanes Paulus II juga dikenang karena upayanya untuk memperbaiki hubungan antara Gereja Katolik dengan agama Yahudi, Islam dan Gereja Ortodoks serta Gereja Anglikan.

Menjadi korban penembakan

Paus Yohanes Paulus II bertemu dengan Mehmet Ali Agca, pria yang mencoba membunuhnya, di sebuah penjara di Italia pada 1983.AFP/GETTY IMAGES Paus Yohanes Paulus II bertemu dengan Mehmet Ali Agca, pria yang mencoba membunuhnya, di sebuah penjara di Italia pada 1983.
Seperti diberitakan Kompas.com, 15 Februari 2020, pada 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II menjadi korban penembakan di Lapangan St.Petrus yang dilakukan oleh pria Turki bernama Mehmet Ali Agca.

Upaya pembunuhan itu gagal namun Paus harus dirawat di rumah sakit karena kondisinya yang kritis. Setelah sembuh Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Ali Agca di penjara dan memaafkan perbuatan pria itu.

Baca juga: Kisah Pria Penembak Paus Yohanes Paulus II, Sempat Lega Sang Paus Masih Hidup

Berselang setahun, Paus Yohanes Paulus II nyaris menjadi korban pembunuhan lagi. Upaya kali ini dilakukan oleh seorang pastor radikal yang menentang reformasi Vatikan.

Menderita parkinson, dirawat di RS, hingga meninggal dunia

Pada tahun 2003, Vatikan membenarkan bahwa Paus Yohanes Paulus II mengidap parkinson.

Meskipun banyak yang meyakini bahwa Paus sudah mengidap parkinson sejak awal 1990-an.

Walaupun kondisi tubuhnya semakin sulit membuatnya berkomunikasi dan berjalan kaki.

Namun, saat itu Paus tetap melaksanakan tugas-tugasnya termasuk melakukan kunjungan ke berbagai negara di dunia.

Pada tahun-tahun terakhirnya, Paus Yohanes Paulus II terpaksa mendelegasikan sebagian tugasnya-tugasnya.

Meski demikian, dia masih kerap berbicara kepada umat Katolik melalui jendela kantornya di Vatikan.

Pada Februari 2005, Paus Yohanes Paulus II dirawat di rumah sakit akibat komplikasi penyakit yang dipicu oleh flu.

Dua bulan berselang, pada 2 April 2005, Paus Yohanes Paulus II wafat dalam usia 85 tahun.

Tahta Suci Vatikan kemudian diduduki oleh Josep Cardinal Ratzinger asal Jerman yang memilih nama Benediktus XVI yang kemudian memulai proses untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai seorang Santo.

Yohanes Paulus II dikenang karena upayanya untuk meruntuhkan komunisme juga sebagai Paus yang berupaya untuk membangun jembatan dengan agama lain.

Dia juga memohon maaf atas perilaku Gereja Katolik pada masa Perang Dunia II.

Baca juga: Polandia Buka Museum Paus Yohanes Paulus II

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com