Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Social Distancing dan Hambatannya dalam Sosio-kultural Indonesia

Kompas.com - 30/03/2020, 14:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Inilah permasalahan yang harus diselesaikan, dicari solusinya untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih efektif.

Apalagi imbauan tidak mudik dari pemerintah menjelang bulan puasa, sebagian masyarakat terlihat mulai tidak menaatinya.

Dengan demikian kebijakan tentang social distancing harus lebih ditekankan pada physical distancing.

Akan tetapi, kebijakan physical distancing perlu disosialisasikan secara terus-menerus agar masyarakat memahami secara benar tentang kegunaan kebijakan physical distancing bagi kesehatan bersama masyarakat sebagai hasil dari ikatan relasi sosial yang sangat kuat.

Relasi sosial tidak hanya berbentuk kontak langsung semata, tetapi juga bagaimana kehidupan sosial masyarakat berjalan secara stabil.

Jelasnya, kelemahan memahami social distancing pada wilayah publik, perlu diatasi dengan memperjelas fungsi physical distancing yang sangat diperlukan dalam menangani wabah Covid-19.

Dengan demikian, penanggulangan wabah Covid-19 memerlukan pendekatan kultural, dan karenanya peranan para tokoh dan pihak-pihak yang memegang kekuatan kultural dalam masyarakat sangat vital.

Perlu melibatkan pemerintah desa seperti RT, RW, dan kelurahan, selain Kepolisian dan TNI dalam hal pengawasan terhadap masyarakatnya.

Di sisi lain, faktor ekonomi juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan, kekhawatiran kehilangan pekerjaan.

Hal itu dapat dimengerti karena sampai sejauh ini masih banyak dunia usaha yang belum secara tegas menyatakan keberpihakannya terhadap kebijakan work from home (WFH) dengan berbagai alasan.

Ditambah lagi kenyataan bahwa ada anggota masyarakat yang memang harus keluar rumah karena hanya dengan cara keluar rumah kelangsungan hidup keluarganya dapat dipertahankan.

Para sopir ojek online dan pekerja sektor informal adalah kelompok yang berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit saat ini.

Last but not least, tidak ada pilihan lain, mengatasi wabah Covid-19 memerlukana sinergi semua pihak, kesadaran dan pengorbanan semua pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga dunia usaha, dunia pendidikan, dan masyarakat.

Kepekaan sosial terhadap sesama merupakan kekuatan yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam mengatasi permasalahan ini.

Saatnya kita menunjukkan bahwa menjaga kelangsungan hidup manusia merupakan prioritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Teruslah berjuang dengan penuh optimisme bangsa bahwa masalah ini akan segera teratasi.

Rezi Erdiansyah
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com