Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Moralitas Alam dan Corona

Kompas.com - 30/03/2020, 11:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Prof Dr Mella Ismelina FR, SH, MHum

APA yang terjadi di alam ini tidak lepas dengan sebuah persoalan pemenuhan kebutuhan hidup dan kehidupan manusia.

Adakah relasi wabah corona yang terjadi saat ini dengan simbol keserakahan manusia terhadap alam atau cara paradigma yang salah dari manusia terhadap alam?

Wabah corona yang terjadi sekarang ini bisa jadi merupakan pengingat dari Tuhan Yang Maha Kuasa akan keserakahan manusia terhadap alam.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini tentunya diberi tanggung jawab, amanah, dan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam ini, mencari rezeki yang halal serta mengonsumsi hewan dan tumbuh-tumbuhan yang baik dan halal.

Dalam relasi manusia dengan alam, manusia memiliki ketergantungan terhadap alam dalam pemenuhan hidup dan kehidupannya, sedangkan alam membutuhkan manusia untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisannya.

Namun, dalam relasi tersebut yang terjadi adalah adanya dominasi manusia terhadap alam. Manusia selalu mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan keberlanjutan dan keadilan ekologis bagi alam itu sendiri.

Salah satunya adalah manusia merusak ekosistem asli satwa dan mengonsumsinya untuk pemenuhan keinginan manusia, sebagai contoh adalah kelelawar yang kini telah menjadi bahan konsumsi bagi manusia.

Menurut ahli satwa liar, banyak binatang yang merupakan inang bagi para virus, termasuk virus corona, dan salah satunya adalah kelelawar.

Dengan demikian, jika manusia merusak habitat satwa dan mengonsumsinya, sama saja artinya manusia mengusik kehidupan virus yang ada di dalamnya.

Ketika habitat atau inang yang menjadi tempat virus hidup itu dirusak atau hilang, virus akan mencari inang baru dan tubuh manusialah yang menjadi salah satu sasarannya dan wabah penyakit pun akan terjadi.

Moralitas terhadap alam

Pada hakikatnya, semua makhluk hidup termasuk virus memiliki nilai seperti halnya manusia. Karena itu, harus diperlakukan sama sebagai sebuah komunitas ekosistem, walaupun tentunya dengan pembobotan yang berbeda-beda.

Alam perlu dalam lingkup kepedulian moral manusia sehingga keberadaannya perlu dihormati dan tidak selalu menjadi korban eksploitasi oleh manusia.

Manusia dan alam memiliki posisi yang sejajar. Manusia tidak ditempatkan lebih unggul, tidak lebih atas, tidak terpisah, dan tidak berada di luar alamnya.

Manusia merupakan bagian dari alamnya, sehingga menjadi tidak bermoral jika manusia memandang rendah makhluk lainnya atau alamnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com