Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Social Distancing dan Hambatannya dalam Sosio-kultural Indonesia

SEORANG ahli kesehatan dari Kanada, Jeff Kwong, mengatakan bahwa dalam menghindari perkembangan Covid-19, sesungguhnya yang diperlukan adalah physical distancing atau menjaga jarak aman antarindividu dalam interaksi sosial.

Sementara itu, di Indonesia menggunakan istilah social distancing.

Dalam kenyataan memang physical distancing tidak sepenuhnya dapat dipisahkan dengan social distancing.

Akan tetapi, social distancing di dalamnya memiliki dimensi relasi sosial dan emosional.

Oleh sebab itu, kebijakan social distancing kelihatannya belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai strategi pencegahan penyebaran Covid-19.

Karena, sekalipun Covid-19 sangat meresahkan masyarakat terkait dengan kesehatan dan keselamatan diri, namun ikatan relasi sosial masih lebih kuat dalam perspektif masyarakat.

Peran dari perspektif interaksionis simbolik dalam social distancing dapat dilihat pada perilaku masyarakat, di mana penggunaan istilah social distancing menjadi dilema dalam penerapannya.

Pertama, masyarakat kesulitan menjalankan social distancing karena kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama, solidaritas, dan sejenisnya sebagai bentuk dari interaksi sosial.

Kedua, bagi masyarakat awam beranggapan social distancing hanya sebatas menjaga jarak, terlihat pada saat ketika berada di area publik seperti ketika melakukan antrian di anjungan tunai mandiri (ATM).

Meskipun, kondisi seperti ini masih menjadi masalah pribadi karena masih ada orang yang tidak mudah untuk melakukannya.

Dengan kata lain, terlihat dengan sangat jelas ada persoalan yang sementara dihadapi oleh masyarakat terkait dengan social distancing.

Tidak bisa kita mungkiri bahwa akibat dari social distancing, masyarakat harus melakukan aktivitas di tempat tinggal masing-masing.

Sementara, sebelumnya mereka melakukan aktivitas dengan banyak orang secara bersama-sama.

Kebijakan social distancing di dunia kerja yang sebelumnya terjadi secara on site diganti dengan online dan saat ini mulai menimbulkan kejenuhan bekerja di rumah.

Inilah permasalahan yang harus diselesaikan, dicari solusinya untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih efektif.

Apalagi imbauan tidak mudik dari pemerintah menjelang bulan puasa, sebagian masyarakat terlihat mulai tidak menaatinya.

Dengan demikian kebijakan tentang social distancing harus lebih ditekankan pada physical distancing.

Akan tetapi, kebijakan physical distancing perlu disosialisasikan secara terus-menerus agar masyarakat memahami secara benar tentang kegunaan kebijakan physical distancing bagi kesehatan bersama masyarakat sebagai hasil dari ikatan relasi sosial yang sangat kuat.

Relasi sosial tidak hanya berbentuk kontak langsung semata, tetapi juga bagaimana kehidupan sosial masyarakat berjalan secara stabil.

Jelasnya, kelemahan memahami social distancing pada wilayah publik, perlu diatasi dengan memperjelas fungsi physical distancing yang sangat diperlukan dalam menangani wabah Covid-19.

Dengan demikian, penanggulangan wabah Covid-19 memerlukan pendekatan kultural, dan karenanya peranan para tokoh dan pihak-pihak yang memegang kekuatan kultural dalam masyarakat sangat vital.

Perlu melibatkan pemerintah desa seperti RT, RW, dan kelurahan, selain Kepolisian dan TNI dalam hal pengawasan terhadap masyarakatnya.

Di sisi lain, faktor ekonomi juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan, kekhawatiran kehilangan pekerjaan.

Hal itu dapat dimengerti karena sampai sejauh ini masih banyak dunia usaha yang belum secara tegas menyatakan keberpihakannya terhadap kebijakan work from home (WFH) dengan berbagai alasan.

Ditambah lagi kenyataan bahwa ada anggota masyarakat yang memang harus keluar rumah karena hanya dengan cara keluar rumah kelangsungan hidup keluarganya dapat dipertahankan.

Para sopir ojek online dan pekerja sektor informal adalah kelompok yang berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit saat ini.

Last but not least, tidak ada pilihan lain, mengatasi wabah Covid-19 memerlukana sinergi semua pihak, kesadaran dan pengorbanan semua pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga dunia usaha, dunia pendidikan, dan masyarakat.

Kepekaan sosial terhadap sesama merupakan kekuatan yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam mengatasi permasalahan ini.

Saatnya kita menunjukkan bahwa menjaga kelangsungan hidup manusia merupakan prioritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Teruslah berjuang dengan penuh optimisme bangsa bahwa masalah ini akan segera teratasi.

Rezi Erdiansyah
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/142329065/social-distancing-dan-hambatannya-dalam-sosio-kultural-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke