Supriyati, D. A (1999) membagi sejarah letusan Gunung Merapi menjadi dua periode yaitu perioda Pre-1800 A.D (lebih tua 2900 tahun BP-1800 A.D) dan perioda Post-1800 A.D (1800-1996 A.D) berdasarkan perubahan tipe letusan dalam sekuen stratigrafi endapan.
Perioda Pre-1800 AD sebagai produk dari kondisi vent yang tertutup dan meghasilkan letusan eksplosif tipe sub plinian, plinian dan vulkanian, sedang perioda Post-1800 A.D sebagai produk dari kondisi vent yang terbuka dan menghasilkan letusan eksplosif tipe vulkanian (kecil-sedang) akibat dari longsornya kubah.
Frekuensi terjadinya letusan Gunung Merapi sangat signifikan, pada periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat kurang lebih 33 letusan dengan skala letusan kecil sampai besar.
Letusan dengan skala besar (VEI 4) terjadi antara 150-500 tahun, letusan dengan skala VEI 3 terjadi setiap 30 tahun dan letusan kecil terjadi antara 2-7 tahun.
Letusan yang di-trigger oleh longsornya kubah lava merupakan karakteristik dari aktivitas Merapi pada Post-1800 A.D, mempunyai VEI 1-3 (Newhall dan Voight,1997).
Letusan VEI 3 dijumpai pada letusan 1930 dan 1961.
Sejarah letusan Gunung Merapi secara tertulis mulai tercatat sejak awal masa kolonial Belanda, sekitar abad XVII.
Letusan sebelumnya tidak tercatat secara jelas, sedangkan letusan-letusan besar yang terjadi pada masa sebelum periode Merapi baru, hanya didasarkan pada penentuan waktu relatif.
Secara umum, letusan Gunung Merapi dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Pada periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat lebih kurang 33 kali letusan, di mana 7 tujuh di antaranya merupakan letusan besar.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).
2. Pada periode merapi baru telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan abad ke-20 yaitu 1930-1931.
Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad XX, di mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak.
Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).
3. Aktivitas Merapi pada abad XX terjadi minimal 28 kali letusan, di mana letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah tiga perempat abad tidak terjadi letusan besar.
Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun.
Masa istirahat berkisar antara 1-18 tahun, yang berarti masa istirahat terpanjang yang pernah tercatat adalah 18 tahun.
Secara umum, letusan Merapi pada abad XVIII dan abad XIX masa istirahatnya relatif lebih panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar.
Akan tetapi tidak bisa disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan yang akan datang relatif besar.
Berdasarkan fakta, beberapa letusan besar mempunyai masa istirahat yang pendek.
Atau sebaliknya, pada saat mengalami istirahat panjang, letusan berikutnya ternyata kecil.
Terdapat kemungkinan juga bahwa periode panjang letusan pada abad XVIII dan abad XIX disebabkan banyak letusan kecil yang tidak tercatat dengan baik, karena kondisi saat itu.
Jadi besar kecilnya letusan lebih tergantung pada sifat kimia magma dan sifat fisika magma.
Baca juga: Erupsi Gunung Merapi, Tagar #merapi Jadi Trending Twitter
Gunung Merapi berbentuk sebuah kerucut gunung api dengan komposisi magma basaltik andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar antara 52-56 persen.
Morfologi bagian puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, di mana di tengahnya tumbuh kubah lava.
Letusan Gunung Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak.