Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa Tips agar Tidak Stres Saat Pandemi Virus Corona

Kompas.com - 24/03/2020, 15:09 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia sedang mengalami ketidakpastian akibat wabah virus corona. Kecemasan akan sebaran virus yang belum mereda, serta derasnya arus informasi bisa berdampak buruk pada kesehatan mental masyarakat.

Terlebih, kebijakan karantina dan jaga jarak sosial kini menjadi kenyataan yang harus diterima oleh banyak orang.

Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet mencatat, dampak psikologis dari karantina bisa sangat besar, seperti kecemasan, kemarahan, depresi, hingga gangguan tidur.

Itu bisa menjadi masalah tidak hanya bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, tetapi juga orang-orang dengan kesehatan psikologis yang tampaknya baik.

Baca juga: Hasil SKD CPNS Kemensetneg 2019 Diumumkan, Ini Informasinya...

Berikut cara melindungi kesehatan mental di saat pandemi Covid-19:

Batasi berita dan filter informasi

Mendapatkan informasi merupakan hal yang penting, tapi membatasi asupan berita di saat pandemi tak kalah pentingnya untuk mengurangi perasaan panik dan cemas.

Caranya, batasi jumlah waktu untuk membaca atau menonton hal-hal yang tidak membuat Anda merasa lebih baik.

Tak lupa, cari waktu-waktu tertentu untuk memeriksa berita yang penting dan betul-betul dibutuhkan.

Menyaring informasi yang belum terkonfirmasi di media sosial atau aplikasi perpesanan juga menjadi salah satu alternatif terbaik.

Sebaiknya, Anda mencari fakta tentang Covid-19 serta memahami risiko aktual untuk diri sendiri dan orang-orang yang Anda sayangi.

Hal itu seperti yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar lebih banyak mencari fakta dibandingkan rumor atau disinformasi.

Baca juga: Mengenal Herd Immunity yang Disebut Bisa Perlambat Penyebaran Corona dan Risikonya

Istirahat dari media sosial

Saat menjalani masa penguncian dan social distancing, media sosial banyak dipenuhi oleh orang-orang yang mengisi waktu mereka untuk menghilangkan kejenuhan.

Namun, tak adanya sensor di media sosial justru bisa menjadi bumerang bagi seseorang.

"Sebulan yang lalu saya mengklik tagar dan melihat semua sampah konspirasi yang tak terverifikasi. Itu membuat saya sangat cemas dan sangat putus asa," kata Alison, seorang pria dari Manchester, dilansir dari BBC.

Untuk itu, beberapa cara yang bisa dilakukan adalah membisukan kata-kata tertentu di media sosial Twitter yang memicu kecemasan, berhenti mengikuti akun provokatif, atau bahkan menonaktifkan akun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com