Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rapid Test dan Bedanya dengan Tes Corona Sebelumnya

Kompas.com - 19/03/2020, 19:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar segera dilaksanakan rapid test virus corona massal di Indonesia.

Menurut Jokowi, rapid test tersebut dapat dipergunakan untuk mendeteksi dini seseorang yang terinfeksi virus corona atau penyebab Covid-19.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengungkapkan, metode rapid test serupa dengan tes massal.

Ia menjelaskan, rapid test merupakan mekanisme yang dapat memastikan status positif Covid-19 pada pasien, namun berbeda dengan tes virus corona yang selama ini digunakan pemerintah.

Baca juga: Mengenal Obat Flu Avigan yang Diklaim Efektif Lawan Virus Corona

Rapid test

Dilansir dari situs resmi Universitas Oxford, salah satu pimpinan dari para peneliti di Departemen Ilmu Teknik Universitas Oxford dan Pusat Penelitian Lanjut Oxford (OSCAR), Prof Wei Huang mengungkapkan, rapid test merupakan metode tes baru yang dapat mendeteksi virus secara khusus dan dapat mengenali fragmen RNA dan RNA SARS-CoV-2 atau Covid-19.

Sangat akurat

Rapid test memiliki pemeriksaan bawaan untuk mencegah hasil tes positif atau negatif yang palsu dan memang memiliki akurasi yang sangat tinggi.

Selain itu, pasien pada tahap awal infeksi dapat diindentifikasi lebih cepat, dan berpotensi membantu mengurangi penyebaran virus corona.

Baca juga: Ramai soal Biaya Pemeriksaan Covid-19 di RS Unair, Ini Penjelasannya

Hasil cepat

Dari penelitian yang dikerjakan para ilmuwan, disimpulkan rapid test bekerja jauh lebih cepat dan tidak memerlukan instrumen yang rumit.

Sebelumnya, tes virus corona yang ramai digunakan membutuhkan waktu 90-120 menit untuk memberikan hasil.

Sementara, tim peneliti telah mengembangkan tes yang mampu memberikan hasil hanya dalam setengah jam.

Di sisi lain, Yurianto juga mengungkapkan mengenai fakta-fakta rapid test yang akan dilakukan segera di Indonesia.

Baca juga: Soal Pembiayaan Pasien Virus Corona, Ini Tanggapan BPJS

Menggunakan serum darah

Ilustrasi virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona

Terkait instruksi dari Presiden Jokowi soal rencana agar dilaksanakannya rapid test ini, Yuri mengungkapkan, rapid test menggunakan spesimen darah dari pasien.

"Karena rapid test ini menggunakan spesimen darah dan bukan tenggorokan atau kerongkongan (seperti tes corona sebelumnya). Tetapi menggunakan serum darah yang diambil dari darah (pasien)," ujar Yuri, Kamis (19/3/2020).

Bisa dilaksanakan hampir di seluruh RS di Indonesia

Yuri mengungkapkan, metode rapid test tidak membutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level 2, di mana tes ini bisa dilaksanakan di hampir seluruh RS di Indonesia.

Baca juga: Mengintip Pemberlakuan Lockdown di Malaysia...

Butuh pasien yang terinfeksi lebih dari seminggu

Dalam penelitian baru, ada keunggulan dan ada kelemahan dari suatu proses. Rapid test disebut membutuhkan reaksi dari imunoglobin pasien yang terinfeksi virus corona, paling tidak seminggu.

Sebab, jika pasien belum terinfeksi atau terinfeksi selama kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobinnya akan negatif.

Lebih lanjut, Yuri menyampaikan total kasus positif Corona hingga 19 Maret 2020 berjumlah 308 orang.

Penambahan kasus tertinggi terjadi di wilayah DKI Jakarta dengan 52 kasus baru, sedangkan jumlah pasien sembuh 15 dan meninggal dunia 25.

Pihaknya menekankan kembali beberapa langkah yang harus diperhatikan secara serius oleh semua pihak terhadap upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Pertama yaitu social distancing atau mengambil jarak antar individu, dan kedua yakni pola hidup bersih dan sehat atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). 

Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mari Berdonasi untuk Pelindung Diri Pekerja Medis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Tren
Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com