KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar segera dilaksanakan rapid test virus corona massal di Indonesia.
Menurut Jokowi, rapid test tersebut dapat dipergunakan untuk mendeteksi dini seseorang yang terinfeksi virus corona atau penyebab Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengungkapkan, metode rapid test serupa dengan tes massal.
Ia menjelaskan, rapid test merupakan mekanisme yang dapat memastikan status positif Covid-19 pada pasien, namun berbeda dengan tes virus corona yang selama ini digunakan pemerintah.
Rapid test
Dilansir dari situs resmi Universitas Oxford, salah satu pimpinan dari para peneliti di Departemen Ilmu Teknik Universitas Oxford dan Pusat Penelitian Lanjut Oxford (OSCAR), Prof Wei Huang mengungkapkan, rapid test merupakan metode tes baru yang dapat mendeteksi virus secara khusus dan dapat mengenali fragmen RNA dan RNA SARS-CoV-2 atau Covid-19.
Sangat akurat
Rapid test memiliki pemeriksaan bawaan untuk mencegah hasil tes positif atau negatif yang palsu dan memang memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Selain itu, pasien pada tahap awal infeksi dapat diindentifikasi lebih cepat, dan berpotensi membantu mengurangi penyebaran virus corona.
Hasil cepat
Dari penelitian yang dikerjakan para ilmuwan, disimpulkan rapid test bekerja jauh lebih cepat dan tidak memerlukan instrumen yang rumit.
Sebelumnya, tes virus corona yang ramai digunakan membutuhkan waktu 90-120 menit untuk memberikan hasil.
Sementara, tim peneliti telah mengembangkan tes yang mampu memberikan hasil hanya dalam setengah jam.
Di sisi lain, Yurianto juga mengungkapkan mengenai fakta-fakta rapid test yang akan dilakukan segera di Indonesia.
Terkait instruksi dari Presiden Jokowi soal rencana agar dilaksanakannya rapid test ini, Yuri mengungkapkan, rapid test menggunakan spesimen darah dari pasien.
"Karena rapid test ini menggunakan spesimen darah dan bukan tenggorokan atau kerongkongan (seperti tes corona sebelumnya). Tetapi menggunakan serum darah yang diambil dari darah (pasien)," ujar Yuri, Kamis (19/3/2020).
Bisa dilaksanakan hampir di seluruh RS di Indonesia
Yuri mengungkapkan, metode rapid test tidak membutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level 2, di mana tes ini bisa dilaksanakan di hampir seluruh RS di Indonesia.
Butuh pasien yang terinfeksi lebih dari seminggu
Dalam penelitian baru, ada keunggulan dan ada kelemahan dari suatu proses. Rapid test disebut membutuhkan reaksi dari imunoglobin pasien yang terinfeksi virus corona, paling tidak seminggu.
Sebab, jika pasien belum terinfeksi atau terinfeksi selama kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobinnya akan negatif.
Lebih lanjut, Yuri menyampaikan total kasus positif Corona hingga 19 Maret 2020 berjumlah 308 orang.
Penambahan kasus tertinggi terjadi di wilayah DKI Jakarta dengan 52 kasus baru, sedangkan jumlah pasien sembuh 15 dan meninggal dunia 25.
Pihaknya menekankan kembali beberapa langkah yang harus diperhatikan secara serius oleh semua pihak terhadap upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Pertama yaitu social distancing atau mengambil jarak antar individu, dan kedua yakni pola hidup bersih dan sehat atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/19/190500265/mengenal-rapid-test-dan-bedanya-dengan-tes-corona-sebelumnya