KOMPAS.com - Korea Selatan sejauh ini menjadi negara di luar China dengan kasus virus corona terbanyak.
Hingga (25/2/2020) siang, sebanyak 977 kasus terkonfirmasi positif ditemukan di Korea Selatan.
Selain itu, 10 orang dinyatakan meninggal dunia akibat virus yang masih satu keluarga besar dengan virus penyebab SARS dan MERS ini.
Mengapa jumlah kasus melonjak begitu tiba-tiba?
Melansir BBC, pihak berwenang telah mengidentifikasi kelompok Kristen di Gereja Shincheonji sebagai jantung dari wabah ini.
Pada pelayanan di kota tenggara Daegu tersebut, ada kemungkinan bahwa anggotanya saling menginfeksi kemudian menyebar ke seluruh negeri, dan tampaknya ini tak terdeteksi.
Para pejabat kesehatan Korea Selatan yakin jika seorang jemaat berusia 61 tahun yang pekan lalu di tes positif mengidap virus corona, termasuk yang pertama kali terinfeksi dan sekarang menjadi pusat penyelidikan.
Pasien wanita ini pada awalnya menolak dipindahkan ke rumah sakit untuk diuji.
Ia diketahui telah menghadiri beberapa pertemuan gereja sebelum hasil tes dinyatakan positif.
Menurut pejabat kesehatan setempat, setiap pertemuan besar di ruang terbatas seperti layanan gereja, kemungkinan akan menyebabkan infeksi lebih lanjut.
Baca juga: Wabah Meluas, Mengapa Virus Corona Covid-19 Belum Disebut Pandemi? Ini Kata WHO
Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Korea Selatan Jung Eun-kyeong menyampaikan, terdapat kemungkinan bahwa karakteristik beberapa orang yang duduk berdekatan dalam ruang terbatas dalam waktu selama lebih dari satu jam dapat menyebabkan orang yang telah terinfeksi memaparkan virus ke orang lain.
"Virus ini memangsa kebiasaan dan interaksi sosial kita," kata spesialis penyakit menular, dr. Leong Hoe Nam dikutip dari BBC, Selasa (25/2/2020).
Saat dilaksanakannya ibadah di gereja, terdapat kemungkinan adanya aktivitas seperti menangis atau menyanyikan lagu yang mendorong transmisi cairan.
Kluster lain yang terkait dengan sekte tersebut adalah sebuah rumah sakit di Cheongdo. Di sana, sejumlah besar pengikut sekte menghadiri pemakaman selama tiga hari pada akhir Januari lalu.
Komunitas gereja di negara lain juga telah menjadi kelompok wabah virus, meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan Korea Selatan.