KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan pernyataan darurat kesehatan global atas wabah virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Virus corona Wuhan atau 2019-nCoV merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu hingga MERS dan SARS.
Virus ini zoononis, yang berarti dapat menular antara hewan dan manusia.
Tanda umum infeksi antara lain demam, batuk, sesak nafas, hingga kesulitan bernafas.
Dikutip dari BBC, jumlah kasus infeksi virus corona di seluruh dunia telah melampaui epidemi SARS yang terjadi pada 2003.
Saat itu, selama 8 bulan mewabah, ada sekitar 8.100 kasus SARS.
Sementara itu, hingga Sabtu (1/2/2020), kasus virus corona yang sudah terkonfirmasi mencapai lebih dari 11.000 kasus, sejak muncul pada Desember 2019.
Baca juga: Menginfeksi 25 Negara, Bagaimana Penyebaran dan Cara Melindungi Diri dari Virus Corona?
Meski demikian, kasus kematian karena virus corona sejauh ini lebih kecil dibandingkan SARS.
Hingga Sabtu (1/2/2020) siang, virus corona menimbulkan 244 kasus kematian. Sementara, kasus kematian karena wabah SARS pada 2003 lalu berjumlah 774 orang.
SARS yang juga merupakan virus corona, pertama kali muncul di Provinsi Guangdong, China, pada November 2002.
Saat berakhir pada Juli 2003, wabah SARS menyebar ke lebih dari 24 negara.
WHO mencatat, pada 31 Januari 2020, jumlah kasus yang terkonfimasi virus corona 2019-nCoV telah melampaui SARS, dengan rincian 9.900 kasus coronavirus dan 8.096 SARS.
SARS diperkirakan merugikan ekonomi global lebih dari 30 dollar miliar AS.
Sementara itu, para ekonom menyebutkan, virus corona baru dapat memberikan dampak lebih besar pada perekonomian dunia.
Baca juga: Update 1 Februari 2020: Daftar Terbaru 25 Negara yang Konfirmasi Virus Corona
Kecepatan dan skala respons negara terhadap virus baru ini secara luas dianggap belum pernah terjadi sebelumnya.