Selain itu, ia mengungkapkan bahwa faktor penyebab babi dapat terjangkit virus ASF tersebut dikarenakan makanan yang kotor atau sudah tidak dalam kondisi bagus untuk dikonsumsi oleh hewan ternak.
"Karena faktor virus ASF ini infonya adalah karena makanan yang diberikan pada babi adalah makanan sisa konsumsi manusia yang tidak dipilah dengan baik," lanjut dia.
Baca juga: Mengenal Virus Ebola yang Diimpor Jepang untuk Olimpiade 2020
Meski begitu, epidemiologi dari virus ASF cukup kompleks dan bervariasi.
Sebab, hal itu mengacu pada kondisi lingkungan, keberadaan vektor, tingkah laku manusia, dan keberadaan babi liar.
Adapun alur transmisi dapat melalui beberapa cara, antara lain:
Sementara itu, penyebaran paling signifikan untuk penyakit ini dapat melalui pergerakan dari hewan-hewan yang terinfeksi, produk-produk babi yang terkontaminasi, dan pembuangan bangkai secara ilegal.
Meski telah diketahui pola penyebarannya, Siti mengimbau kepada manusia, terutama para peternak babi untuk melalukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Peternak babi dapat menerapkan PHBS, salah satunya dengan menggunakan sepatu boots, cuci tangan begitu keluar dari kandang, pakai sarung tangan kalau menangani hewan sakit atau mati, bersihkan alat dan kandang dengan disinfektan," terang Siti.
Kemudian, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan seperti melakukan penguburan dengan prosedur yang baik dan tidak dibuang ke sungai atau laut terhadap hewan ternak yang mati.
Memiliki jarak antara kandang ternak dengan rumah tempat tinggal, dan tidak hidup bersama dengan hewan ternak.
Baca juga: Mantan Istri Sule Meninggal, Kenali Macam-macam Penyakit pada Lambung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.