KOMPAS.com - Wabah demam babi Afrika akibat virus African Swine Fever (ASF) dilaporkan telah menjangkiti 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Kematian babi-babi akibat ASF tersebut dimulai sejak 25 September 2019 dan merebak hingga saat ini.
Pemerintah juga masih berupaya untuk mencegah penyebarannya melalui sejumlah pengawasan.
Lantas, apakah virus ASF itu dan dapatkah virus tersebut dapat menular ke manusia?
Direktur Kesehatan Hewan, drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa menjelaskan bahwa virus ASF tidak dapat ditularkan ke manusia.
"Virus ASF tidak menular ke manusia, hanya babi. Semua babi bisa tertular," ujar Fadjar saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/1/2020).
Menurutnya, jika seekor babi tertular virus ASF memiliki gejala seperti hilangnya nafsu makan, demam, muntah, lemah dan jatuh.
Terkadang gejala lain yang timbul yakni adanya pendarahan dan kemudian mati.
Sementara itu, Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (PTVz), dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan hal yang sama terkait penularan virus ASF.
"Sampai sekarang belum ada kasus yang menyebut virus tersebut dapat menular ke manusia," ujar Siti saat dihubungi terpisah pada Sabtu (18/1/2020).
Baca juga: Mengenal EVALI, Penyakit Paru Misterius akibat Rokok Elektrik
Tidak hanya virus ASF, kematian babi di Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara juga disebabkan oleh serangan virus kolera babi atau Hog Cholera.
Sebanyak 50 ekor babi mati karena penyakit tersebut.
Siti mengungkapkan bahwa virus kolera babi juga belum ditemukan kasus menular ke tubuh manusia.
Terkait virus ASF dan virus kolera babi, Siti menjelaskan, dua virus ini menyebabkan penyakit pada babi dan menyerang saluran pencernaan.
"Ini penyakit virus pada babi yang menyerang saluran cerna, sampai sekarang penularan di babi, tapi bisa saja pada hewan ternak lainnya, seperti sapi atau kambing," kata dia.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa faktor penyebab babi dapat terjangkit virus ASF tersebut dikarenakan makanan yang kotor atau sudah tidak dalam kondisi bagus untuk dikonsumsi oleh hewan ternak.
"Karena faktor virus ASF ini infonya adalah karena makanan yang diberikan pada babi adalah makanan sisa konsumsi manusia yang tidak dipilah dengan baik," lanjut dia.
Baca juga: Mengenal Virus Ebola yang Diimpor Jepang untuk Olimpiade 2020
Meski begitu, epidemiologi dari virus ASF cukup kompleks dan bervariasi.
Sebab, hal itu mengacu pada kondisi lingkungan, keberadaan vektor, tingkah laku manusia, dan keberadaan babi liar.
Adapun alur transmisi dapat melalui beberapa cara, antara lain:
Sementara itu, penyebaran paling signifikan untuk penyakit ini dapat melalui pergerakan dari hewan-hewan yang terinfeksi, produk-produk babi yang terkontaminasi, dan pembuangan bangkai secara ilegal.
Meski telah diketahui pola penyebarannya, Siti mengimbau kepada manusia, terutama para peternak babi untuk melalukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Peternak babi dapat menerapkan PHBS, salah satunya dengan menggunakan sepatu boots, cuci tangan begitu keluar dari kandang, pakai sarung tangan kalau menangani hewan sakit atau mati, bersihkan alat dan kandang dengan disinfektan," terang Siti.
Kemudian, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan seperti melakukan penguburan dengan prosedur yang baik dan tidak dibuang ke sungai atau laut terhadap hewan ternak yang mati.
Memiliki jarak antara kandang ternak dengan rumah tempat tinggal, dan tidak hidup bersama dengan hewan ternak.
Baca juga: Mantan Istri Sule Meninggal, Kenali Macam-macam Penyakit pada Lambung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.