Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Raja Kerajaan Agung Sejagat, Ternyata Pernah Dirikan Jogja DEC

Kompas.com - 15/01/2020, 05:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jagat maya media sosial ramai dengan perbincangan Keraton Agung Sejagat.

Sampai dengan hari ini “Keraton Agung Sejagat” menjadi trending di Twitter, dan telah dibicarakan sebanyak lebih dari 9 ribu kali.

Salah satu akun yang memposting mengenai Keraton Agung Sejagat adalah akun @aritsantoso.

“Yang lagi heboh di Purworejo. Ada orang mengaku dari Kerajaan Agung Sejagat yang menguasai seluruh dunia. Mereka buat keraton-keratonan yang lokasinya di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Stres / halu / mau bikin aliran sesat? Ada-ada saja kelakuan warga 0275,” tulisnya.


Hingga kini postingan tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 8 ribu kali dan disukai lebih dari 11 ribu pengguna.

Melansir dari Kompas.com (14/01/2020) Kemunculan Keraton Agung Sejagat ini mulai dikenal publik setelah mereka mengadakan acara wilujengan dan kirab budaya pada Jumat (10/01/2020) hingga Minggu (12/01/2020).

Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Sinuwun bernama asli Toto Santoso Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu yang memiliki nama Dyah Gitarja.

Pihak Keraton Agung Sejagat mengklaim hingga kini memiliki pengikut sebanyak 450 orang.

Baca juga: Polri Dalami Kegiatan Keraton Agung Sejagat di Purworejo

Dirikan Jogja DEC 2016

Berdasarkan penelusuran Kompas.com sosok Toto Santoso Hadiningrat sebelumnya pernah mendirikan organisasi kemasyarakatan yang menamakan dirinya “Jogjakarta Development Committee” atau Jogja DEC.

Melansir dari Antaranews (11/03/2016) organisasi Jogja DEC pada waktu itu membantah dirinya memiliki pola kegiatan mirip dengan Gerakan Fajar Nusantara yang heboh awal tahun itu.

"Jogjakarta Development Committee bukan Gafatar ataupun Gafatar jilid dua, bukan teroris, akan tetapi didirikan dengan penuh welas asih untuk memanusiakan manusia," kata Toto yang saat itu menjadi Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia untuk Wilayah Nusantara.

Toto menyebut Jogja DEC didirikan guna membantu menjalankan misi kemanusiaan.

Janjikan 200 dollar AS ke anggota

Menurut Toto, organisasi ini memiliki jaringan setingkat dunia yang didanai Lembaga Keuangan Tunggal dunia ESA Monetary Fund yang berpusat di Swiss.

Ia mengatakan, DEC masuk Indonesia saat 2014 dan pertama mensosialisasikan gerakannya di Yogyakarta.

Sementara itu, melansir dari Harian Tribun Jogja, organisasi ini berjanji akan memberikan dana antara 50 hingga 200 dollar AS pada anggotanya.

Dalam konfrensi pers yang ia gelar di Ndalem Pujokusuman, Keparakan, Margangsan, Yogyakarta ia mengatakan pemilihan mata uang dollar adalah solusi agar perekonomian Indonesia dan dunia tak terpuruk yang menyebabkan potensi perang dunia ketiga.

Bagi mereka yang telah bergabung maka akan mendapatkan NIK (Nomor Induk Kemanusiaan) yang disebutnya bersifat global.

Ketika itu Toto mengklaim dirinya telah memiliki pengikut sebanyak 10 ribu orang.

Baca juga: Sebelum Keraton Agung Sejagat, 4 Kelompok Ini Juga Sempat Bikin Heboh

Pertemuan tak berizin

Pertemuan yang diadakan Toto di Ndalem Pujokusuman 2016 silam mendapatkan komplain.

Pemilik sekaligus pengurus Ndalem Pujokusuman terkejut rumahnya menjadi lokasi pertemuan organisasi Jogja DEC tersebut.

Acara tersebut juga tak mendapat izin dari RT/RW setempat.

Masih mengutip dari Harian Tribun Jogja, meski ketika itu Toto menyebut tak menarik biaya dari anggotanya, akan tetapi salah seorang anggota mengaku membayar Rp 15 ribu untuk bergabung.

Sementara itu, Kepala Rescue DEC dari wilayah Subang, Misnar (51) mengatakan pihaknya bergabung karena diming-imingi mendapat Rp 500.000 tiap bulan.

Tapi setelah satu tahun bergabung ia tak mendapatkan uang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com